Para K-POPers Sukses Permalukan Trump, Kok Bisa Ya? Apa Bisa Jadi Kekuatan Politik Massa Baru?

Para K-POPers Sukses Permalukan Trump, Kok Bisa Ya? Apa Bisa Jadi Kekuatan Politik Massa Baru?

Para K-POPers Sukses Permalukan Trump, Kok Bisa Ya? Apa Bisa Jadi Kekuatan Politik Massa Baru?

Foto: Istimewa


Penggemar K-Pop atau yang biasa disebut K-Popers belakangan menjadi sorotan karena berhasil mempermalukan Presiden AS, Donald Trump. Kok bisa ya?

Jadi, Presiden Trump baru saja melakukan rapat umum di Tulsa, Okla pada Sabtu, 20 Juni 2020. Rapat tersebut memang dibuat di sebuah stadion besar karena disebut-sebut akan menghadirkan belasan ribu pendukung.

Sayangnya hal tersebut tak terlaksana dengan baik lanataran terlihat banyak kursi kosong disetiap sisinya.

Brad Parscale, ketua kampanye pemilihan ulang Presiden Trump, memposting di Twitter pada hari Senin bahwa kampanye telah menerjunkan lebih dari satu juta permintaan tiket. Sayangnya, wartawan di acara tersebut mencatat bahwa kehadirannya lebih rendah dari yang diharapkan. 

Kampanye ini bahkan membatalkan acara yang Sebelumnya direncanakan di luar rapat umum untuk mengantisipasi kerumunan orang yang tidak hadir.

Tim Murtaugh, juru bicara kampanye Trump berdalih dengan mengatakan bahwa ada pengunjuk rasa yang menghentikan para pendukung memasuki reli yang berkapasitas 19.000 kursi itu. Sayangnya, lagi-lagi wartawan yang hadir mengatakan hanya ada sedikit protes terjadi. 

Lalu apa hubungannya dengan K-Popers?

Ternyata ini adalah betuk kekecewaan mereka atas kebijakan amburadul soal pandemi corona serta kesan membiarkan brutalitas polisi. 

Para penggemar K-Pop serta pengguna TikTok mempermalukan Trump habis-habisan dengan sengaja mendaftar menjadi peserta kanpanyenya tapi gak hadir gaes!

Mereka sengaja berbondong-bondong membeli ratusan ribu tiket secara online sehingga para pendukung Trup tak mendapatkan kesempatan. 

Sistem pendaftaran online kampanye Trump pakai skema siapa cepat dia dapat. Alhasil, anak-anak K-Pop yang terbiasa begadang di Internet  dan terbiasa berebutan tiket konser lebih unggul dari mereka yang jadi basis pendukung sang presiden.

Setelah akun resmi kampanye Trump @TeamTrump memposting tweet yang meminta para pendukung untuk mendaftar tiket gratis menggunakan ponsel mereka pada 11 Juni, akun penggemar K-pop mulai berbagi informasi dengan pengikut, mendorong mereka untuk mendaftar untuk rapat umum dan kemudian tidak hadir.

Tren ini dengan cepat menyebar di TikTok, di mana video dengan jutaan penayangan memerintahkan pemirsa untuk melakukan hal yang sama, seperti yang dilaporkan CNN. 

"Oh tidak, saya mendaftar untuk rapat umum Trump, dan saya tidak bisa pergi," canda seorang wanita dalam sebuah akun TikTok yang diposting pada 15 Juni 2020.

Karena acara ini gratis, maka salah satu syarat untuk mendapatkan tiket adalah dengan nge-twit seberapa ingin kamu menyaksikan Trump di Tulsa.

Oleh karena itu, K-Popers dengan 'cantik' bermain di akun alter (akun cadangan biasanya tanpa identitas) dengan mencuit pujian-pujian kepada Trump.

Alhasil, rencana sabotase kampanye Trump gagal diendus panitia ataupun pendukung Trump dari kelompok sayap kanan yang juga aktif di internet.

Banyak pengguna kemudian menghapus postingan dan video mereka setelah 24 hingga 48 jam untuk menyembunyikan rencana tersebut agar tak tersebar. 

"Mayoritas orang yang membuat mereka menghapusnya setelah hari pertama karena kami tidak ingin kampanye Trump menangkap angin. Anak-anak ini cerdas dan mereka memikirkan segalanya," kata YouTuber Elijah Daniel yang ikut dalam kampanye media sosial.

Efektifnya kampanye para K-Popers ini menjadi sorotan banyak orang. Mereka (yang disebut kebanyakan adalah remaja) dikatakan berpartisipasi dalam 'aksi protes kecil tanpa pertunjukan' yang dapat berdampak di negara mereka dalam sistem politik meskipun mereka belum cukup umur untuk memilih sekarang.

Menurut Nytimes.com, K-Popers telah semakin terlibat dalam politik Amerika dalam beberapa bulan terakhir. Setelah kampanye Trump meminta pesan untuk ulang tahun presiden pada 8 Juni, mereka mengirimkan aliran pesan iseng. 

Dan sebelumnya pada bulan Juni, ketika Departemen Kepolisian Dallas meminta warga untuk mengirimkan video aktivitas mencurigakan atau ilegal melalui aplikasi khusus, K-popers di Twitter mengklaim kreditnya telah merusak aplikasi dengan mengunggah ribuan video "fancam" idola mereka.

Mereka juga mengklaim kembali tagar #WhiteLivesMatter pada bulan Mei, dengan mengirim spam dengan video K-pop yang tak ada habisnya, dengan harapan akan mempersulit supremasi kulit putih dan simpatisan untuk menemukan satu sama lain dan mengkomunikasikan pesan mereka.

Terakhir, prank untuk memanggil tiket palsu adalah alasan mengapa ribuan kursi do atas kosong dalam rapat umum Trump.




Kpopers permalukan TrumpKampanye Trump Kampanye Trump KosongTrump di Tulsa

Share to: