Komika Babe Cabita dikabarkan meninggal dunia pada Selasa (9/4). Babe Cabita menghembuskan nafas terakhirnya di RS Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pukul 06:38 WIB.
Meski belum diketahui secara pasti meninggalnya sang komika, namun diduga Anemia Aplastik menjadi penyebab juara satu Stand Up Comedy Indonesia Season 3 (SUCI 3) itu meninggal dunia.
Baca Juga: Innalillahi, Babe Cabita Meninggal Dunia di Usia 34 Tahun
Anemia Aplastik sendiri dikategorikan menjadi penyakit langka. Dan berikut adalah fakta menarik Anemia Aplastik yang sudah tim Kuyou rangkum.
Anemia Aplastik Adalah
Melansir dari situs Halodoc, Anemia aplastik adalah salah satu jenis kelainan darah yang terjadi akrena kegagalan sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah. Pada kondisi ini, sumsum tulang tidak dapat memproduksi salah satu atau seluruh sel darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan platelet.
Kondisi ini terjadi ketika tubuh berhenti memproduksi cukup sel darah baru. Kondisi ini membuat tubuh lelah dan lebih rentan terhadap infeksi dan pendarahan yang tidak terkontrol. Anemia aplastik termasuk kondisi langka dan serius. Selain itu, kondisi ini juga dapat berkembang pada usia berapa pun.
Kondisi ini dapat terjadi secara tiba-tiba, atau bisa datang perlahan dan memburuk seiring waktu. Gejalanya bisa ringan atau berat. Perawatan yang bisa pengidap lakukan termasuk obat-obatan, transfusi darah atau transplantasi sel induk, atau juga dikenal sebagai transplantasi sumsum tulang.
Penyebab Anemia Aplastik
Terdapat dua jenis anemia aplastik, yaitu anemia aplastik yang muncul di umur tertentu (acquired aplastic anemia) dan anemia aplastik yang telah seseorang miliki sejak lahir (inherited aplastic anemia).
Anemia aplastik karena sebab genetik biasanya terjadi karena kerusakan gen pada anak. Beberapa penyakit keturunan yang dapat menimbulkan anemia aplastik, antara lain:
1. Anemia Fanconi.
2. Sindrom Shwachman-Diamond.
3. Diskeratosis kongenital.
4. Anemia Diamond-Blackfan.
Anemia aplastik yang muncul di umur tertentu biasanya terjadi pada orang dewasa. Penyakit ini merupakan tipe anemia aplastik terbanyak dan biasanya terkait dengan kelainan yang mengganggu sistem imun (penyakit autoimun), seperti:
1. Riwayat infeksi virus.
2. Penggunaan obat-obatan seperti kloramfenikol.
3. Riwayat infeksi seperti hepatitis.
4. Zat kimia berbahaya seperti pestisida.
5. Kehamilan.
6. Radiasi ataupun kemoterapi.
Gejala Anemia Aplastik
Keluhan yang timbul pada pengidap aplastik dapat berbeda-beda pada setiap pengidapnya tergantung pada jenis sel darah apa yang mengalami defisiensi. Pada kondisi defisiensi sel darah merah, keluhan dapat berupa:
1. Mudah mengantuk.
2. Lemas.
3. Merasa lemah.
4. Pucat.
5. Pusing atau nyeri kepala.
6. Sesak napas.
7. Nyeri dada.
8. Jantung berdebar-debar.
Pengidap anemia aplastik dapat mengalami gejala berikut (saat dalam keadaan defisit sel darah putih):
1. Demam.
2. Mudah sakit atau mengalami infeksi berulang.
3. Jika jumlah platelet rendah, maka tubuh akan mengalami:
4. Mudah memar.
5. Pendarahan, seperti mimisan atau pendarahan gusi.
Cara Mengobati Anemia Aplastik
1. Obat-obatan
Dokter akan memberikan terapi untuk mencegah dan mengobati infeksi, menstimulasi sumsum tulang, ataupun menekan sistem imun untuk mencegah penyakit semakin berat.
Jenis obat yang dokter berikan untuk mengobati infeksi biasanya tergantung jenis infeksi yang dialami. Antibiotik juga bisa dokter berikan kepada pengidap karena kondisi ini menurunkan imun tubuh sehingga membuat pengidapnya lebih rawan penyakit.
2. Transfusi darah
Transfusi darah bertujuan untuk mempertahankan jumlah sel darah yang cukup untuk mempertahankan tubuh agar tetap sehat. Selain itu, transfusi darah juga bisa mengontrol pendarahan dan mengurangi gejala dengan cara memberikan sel darah merah yang tidak tubuh pengidap produksi.
Dalam prosedur, dua komponen yang akan pengidap terima adalah sel darah merah dan platelet. Pemberian transfusi akan pengidap terima melalui selang intravena ke pembuluh darah. Satu efek samping yang bisa terjadi setelah transfusi adalah seiring waktu tubuh bisa membentuk antibodi terhadap sel darah dari hasil transfusi.
3. Transplantasi sumsum tulang
Penggantian sumsum tulang belakang dari pendonor yang sehat dapat berpotensi menyembuhkan anemia aplastik. Pada prosedur ini, biasanya pasiennya adalah pengidap yang usianya masih muda dan memiliki donor yang sesuai seperti saudara kandung.
Ketika pendonor sudah ada, radiasi atau kemoterapi akan dokter lakukan pada sumsum tulang yang abnormal. Kemudian, akan ada penyaringan sel punca sehat dari pendonor kepada pengidap. Setelah penyuntikkan sel yang sehat, tubuh pengidap bisa mulai membentuk sel darah baru.
Baca Juga: Biodata Babe Cabita, Lengkap Umur Agama, Komedian yang Hits Banget di TV
Obat-obatan tertentu seperti sargramostim, filgrastim dan pegfilgrastim, dan eltrombopag berfungsi untuk menstimulasi sumsum tulang belakang untuk memproduksi sel darah baru. Oleh karena itu, biasanya transplantasi sumsum tulang akan dokter sarankan beriringan dengan penggunaan obat.
Share to:
Related Article
-
Fakta dan Profil Mohammad Fahmi, Kreator Game Coffee Talk Meninggal Dunia
Update|March 29, 2022 14:21:12