Nama Heni Purnamasari atau yang lebih dikenal publik sebagai Heni Sagara, seorang apoteker dan pengusaha ternama di bidang kulit dan kecantikan sert pemilik pabrik skincare yang seluruh produknya resmi terdaftar di BPOM, kembali menjadi sorotan publik. Selama setahun terakhir, ia berkali-kali menjadi korban fitnah, hoaks, dan serangan digital yang mengancam reputasi, privasi, bahkan keselamatannya.
Keahlian Heni Sagara di bidang farmasi dan kompetensinya sebagai Apoteker terbukti membawa kesuksesan bagi Heni Segara, terlebih kepiawaian dalam meracik produk, menjual produk dan membangun bisnis di bidang farmasi dan skincare membawa Heni menjadi pengusaha perempuan sukses asli Sumedang, Jawa Barat. Dengan kesuksesan yang ia raih, ribuan pekerja bergantung pada pabrik dan usaha yang dikelolanya.
Kesuksesan yang dibangunnya selama bertahun-tahun ke belakang, membawa Heni Sagara sebagai pengusaha perempuan nasional di bidang farmasi dan skincare. Namun tanpa ada angin tak ada petir, tiba-tiba namanya dikaitkan dengan isu mafia skincare.
Tuduhan awal bermula dari obrolan di sebuah podcast yang menampilkan dr. Oky Pratama dan dr. Richard Lee. Kata “mafia skincare” yang dilontarkan untuk Heni, memicu gelombang kecurigaan publik. Tanpa menyebut nama lengkap secara langsung, stigma itu mengarah ke Heni Sagara dan media sosial pun menjadi ruang sidang tanpa hakim yang memvonis sebelum bukti ada. Tudingan ini tentu diduga memiliki niat tujuan jahat untuk menjatuhkan Heni Sagara, dan bahkan disinyalir ada pihak-pihak yang berujung melakukan pemerasan.
Bagi Heni, semua itu menjadi awal masa paling berat dalam hidupnya. Sebagai pelaku usaha di bidang farmasi dan skincare, ia telah berjuang membangun merek dan pabrik skincare miliknya dengan mengikuti semua regulasi pemerintah. Seluruh produknya telah terdaftar resmi di BPOM dan memenuhi standar keamanan. Namun semua kerja keras itu nyaris hancur akibat stigma yang melekat begitu saja.
Gelombang Fitnah Berikutnya, Isu Rekaman Suara
Belum reda luka akibat tuduhan lama, Heni kembali terseret dalam pusaran kasus yang bukan urusannya. Persidangan antara Nikita Mirzani dan Reza Gladys yang menjadi sorotan publik tiba-tiba memunculkan isu baru. Beredar sebuah rekaman suara dari flashdisk yang disebut-sebut memuat percakapan pengaturan aparat jaksa dan hakim. Tanpa verifikasi, sejumlah netizen dan pendukung Nikita langsung menuding bahwa suara tersebut adalah milik Heni.
Jejak masa lalu yang sudah dibentuk opini publik membuat nama Heni kembali menjadi sasaran. Akun Instagram dan TikTok miliknya dibanjiri komentar bernada hujatan ke pribadi dan keluarganya. Tidak ada pembuktian yang sah, hanya asumsi yang diulang hingga dianggap sebagai kebenaran. Dalam situasi seperti ini, prinsip tabayyun atau mencari kejelasan sebelum menyebarkan kabar seakan terlupakan.
Fakta Pecah Melalui Postingan Lucinta Luna dan Repost Nikita Mirzani
Kondisi ini mulai berubah ketika Lucinta Luna mengunggah bukti rekaman suara tersebut di akun Instagram resminya. Dalam unggahan itu, ia menyebut tegas nama oknum lain sebagai pemilik suara, dan nama itu bukan Heni Sagara. Unggahan ini kemudian direpost oleh akun resmi Nikita Mirzani yang ikut memperkuat bahwa suara tersebut tidak ada kaitannya dengan Heni.
Foto: Lucinta Luna menyebut tegas nama oknum lain sebagai pemilik suara, dan nama itu bukan Heni Sagara. Kemudian Nikita Mirzani merepost unggahan Lucinta Luna
Dua sumber yang berada di pusat konflik sama-sama menampilkan fakta yang jelas. Tuduhan terhadap Heni pun runtuh. Publik yang awalnya percaya pada isu mulai melihat bahwa tuduhan tersebut salah alamat. Momen ini menjadi pelajaran bahwa melakukan tabayyun adalah keharusan, agar tidak terjebak dalam fitnah yang dapat menghancurkan nama baik seseorang.
Kebenaran yang Terabaikan
Bagi Heni, ini adalah momen penting untuk meluruskan tidak hanya isu rekaman, tetapi juga tuduhan lama terkait Mafia Skincare. Ia menegaskan kembali bahwa seluruh produknya telah lolos uji dan izin BPOM. Pabrik skincare yang ia kelola tidak pernah tutup dan terus beroperasi mengikuti aturan dan standar pemerintah. Selama ini ia memilih diam dan fokus bekerja, namun kali ini ia merasa harus berbicara.
"Saya tegaskan, saya bukan pemilik suara itu dan saya bukan mafia skincare, tapi saya seorang apoteker yang mempunyai kewenangan di bidang sediaan farmasi di antaranya Kosmetik dan Skincare. Selama ini saya bekerja mengikuti aturan. Nama saya dicatut dan reputasi saya diserang, tetapi saya percaya kebenaran akan selalu menemukan jalannya. Saya berharap masyarakat kembali mengamalkan prinsip tabayyun sebelum mempercayai dan menyebarkan kabar yang belum tentu benar" ujar Heni Sagara.
Hoaks Meninggal Dunia dan Serangan Digital
Sebelumnya juga, di tengah perjuangannya membela diri, Heni menghadapi hoaks keji pada Oktober 2024 ketika sebuah kabar menyebut ia telah meninggal dunia. Berita itu cepat menyebar di berbagai platform, membuat keluarga dan rekan dekat panik. Belakangan terbukti bahwa kabar tersebut adalah berita palsu yang sengaja dibuat untuk menjatuhkan citra dan mental Heni.
Tak berhenti di situ, pada April 2025 website resmi Marwah, yang terkait dengan bisnisnya, dibajak dan dipalsukan. Pelaku memanfaatkan situasi untuk menyebarkan informasi yang menyesatkan, menampilkan konten yang merugikan nama Heni dan perusahaannya.
Puncaknya, oknum yang tidak bertanggung jawab melakukan doxing, yaitu penyebaran data pribadi Heni ke publik. Aksi ini tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga mengancam keamanan pribadi Heni dan keluarganya.
Langkah Hukum dan Pesan untuk Publik
Kuasa hukum Heni, menambahkan akan mengambil langkah hukum tegas terhadap semua pihak yang menyebarkan fitnah, melakukan hoaks, peretasan, dan doxing.
Heni Sagara mengajak publik untuk lebih bijak dan kritis dalam menerima informasi. Di era arus informasi yang deras, kabar yang belum tentu benar dapat menyebar jauh lebih cepat daripada klarifikasi. Prinsip tabayyun bukan hanya ajaran agama, tetapi pedoman moral agar terhindar dari dosa menyebarkan fitnah dan menjadi penyebab kerusakan nama baik seseorang yang tidak bersalah.
Share to:
Related Article
-
Biodata TOM LIWAFA dari Wikipedia: Agama, Umur, Tinggi Badan hingga Istri, Crazy Tajir Surabaya yang Sudah Vaksin COVID
Update|February 03, 2021 23:35:33