Benarkah Masker N95 Lebih Baik Tangkal Corona? Berikut 5 Faktanya

Benarkah Masker N95 Lebih Baik Tangkal Corona? Berikut 5 Faktanya

Benarkah Masker N95 Lebih Baik Tangkal Corona? Berikut 5 Faktanya

ilustrasi (Foto: Pixabay)


Publik tengah dihebohkan dengan perdebatan soal penggunaan masker yang tepat di tengah wabah virus corona belakangan ini.

Meski masker dianjurkan hanya untuk seseorang yang tengah mengidap penyakit menular seperti flu, namun nampaknya masyarakat sangat khawatir dengan penyebaran virus corona yang mulai masuk ke Tanah Air ini.

Namun dinegara yang memiliki tingkat korban tertular yang tinggi atau seseorang yang berkerja di rumah sakit, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memang menyarankan untuk menggunakan masker sebagai langkah dini mengurangi perebakan virus tersebut. 

 

Dilansir dari nytimes.com, masker yang paling efektif untuk menyaring partikel-partikel kecil adalah N95.

Seperti apa masker ini? Berikut 5 penjelasan tentang masker N95 dilansir dari berbagai sumber.

1. Menyaring 95 persen partikel

Menurut Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Arifin Nawas, SpP(K) bahwa masker N95 ini diketahui  memblokir 95 persen  bisa menyaring partikel-partikel kecil di bawah 10 PM dibandingkan masker biasa.

2. Harus lolos "fit test"

Ternyata tidak semua orang dapat menggunakan masker yang satu ini. 

Hanya orang yang lulus "fit test" saja yang dapat menggunakannya. Hal ini dikarenakan masker N95 melekat erat pada wajah kita tidak seperti masker bedah yang longgar. 

"Jadi harus lolos fit test dulu. Karena bentuk wajah orang kan berbeda-beda. Kalau langsung dipakai tanpa fit test nanti maskernya bisa tidak pas. Jadi penggunaannya tidak bermakna," ungkap dr Arifin.

3. Dilarang untuk penyakit tertentu 

"Fit test" yang dilakukan adalah untuk melihat apakah masker N95 ini dapat menolong seseorang atau malah menimbulkan resiko kesehatan.

dr Arifin mengatakan bahwa beberapa orang yang memiliki penyakit tertentu tidak dapat menggunakannya karena beresiko menghambat pernapasan.

"Misalnya ketika di dalam rumah, pada anak-anak, ibu hamil, orang tua dan lansia. Juga pada pasien penyakit kardiovaskular dan pasien penyakit paru kronik," paparnya.

4. Satukali pemakaian

Dilansir dari consumerreports.org, Masker bedah dan respirator N95 hanya dimaksudkan untuk digunakan satu kali dan kemudian dibuang. Penyedia layanan kesehatan menggunakan masker baru untuk setiap pasien, sebagian karena masker dapat terkontaminasi oleh kuman selama penggunaan. 

Terkadang orang-orang banyak yang mencemari masker mereka sendiri dengan membukanya saat tangan kotor untuk makan ataupun minum. 

"Orang-orang lebih mencemari diri mereka sendiri dengan menyentuh topeng dan melepasnya dari wajah mereka," kata McClelland.

Untuk mencegah kemungkinan itu, petugas kesehatan membersihkan tangan mereka setiap kali mereka melepaskan maskernya.

5. Penggunaan masker yang benar

Banyak yang menkankan bahwa setiap orang yang sehat tidak dianjurkan menggunakan masker. 

 

Kita harus memiliki kesadaran diri yang tinggi untuk menggunakan masker saat merasakan gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas. 

Selain itu, karena virus corona diperkirakan menyebar terutama di antara orang-orang yang memiliki kontak dekat (yang berarti dalam jarak 6 kaki) dengan satu sama lain, mereka yang merawat seseorang yang diduga memiliki COVID-19 juga harus mempertimbangkan untuk memakai topeng, menurut CDC dan WHO.

Buang masker segera setelah lembab! Untuk melepaskannya, pegang karet elastis di sekitar telingamu. Jangan menggunakan kembali masker yang sudah digunakan seharian.




Virus CoronaMaker untuk CoronaMasker yang benarMasker N95Fakta Masker N95

Share to: