7 Potret Sosok George Floyd yang Tewas di Tangan Polisi AS, Pria Besar Berhati Lembut

7 Potret Sosok George Floyd yang Tewas di Tangan Polisi AS, Pria Besar Berhati Lembut

7 Potret Sosok George Floyd yang Tewas di Tangan Polisi AS, Pria Besar Berhati Lembut

Foto: Istimewa


Seorang pria berkulit hitam yang tewas karena kehabisan napas akhibat lehernya diduduki oleh polisi di Amerika menuai kerusuhan.

Pria tersebut bernama George Floyd. Kejadian ini langsung memicu kerusuhan di Minneapolis. Ribuan warga kulit hitam Amerika turun ke jalan, menuntut Kepolisian dan Pemerintah Minneapolis untuk mengusut tuntas kasus meninggalnya Floyd.

Akibat kejadian ini, tagar #BlackLivesMatter hingga #JusticeForFloyd menjadi sorotan dan disuarakan di sosial media hampir di seluruh dunia. 

Tak hanya itu, petisi tentang kejadian ini hingga pemecatan anggota polisi Minneapolis pun bertebaran di mana-mana dan ditanatangani oleh banyak orang hingga kalangan selebriti dunia.

Karena viralnya kejadian ini, sosok George Floyd pun menjadi perbincangan.

Floyd dikenal sebagai pria dengan hati yang lembut. Dia tak pernah menyakiti siapa pun. Berikut sosoknya.

1. Tak pernah menyakiti siapapun

Cerita tentang sosok Floyd ini disampaikan langsung oleh adiknya, Philonise Floyd. Philonise sangat mencintai kakak laki-lakinya itu dan dia tahu kakaknya adalah pria besar yang lembut hatinya.

"Aku mengenal kakakku sebagai orang yang aku cintai," ujar Philonise Floyd seperti dilansir CNN pada Kamis, 28 Mei 2020.

2. Berusia 46 tahun 

Floyd adalah penduduk asli Houston. Ia tumbuh di kawasan Third Ward dan lulus dari Sekolah Menengah Jack Yates. Dia diketahui gemar bermain sepakbola. 

Pria bertubuh tinggi itu pernah berkerja sebagai sopir truk saat pindah ke Minnesota. 

3. Teman mantan pemain NBA, Stephen Jackson

Perjalanan karir Floyd ini diungkap oleh temannya yang merupakan mantan pemain NBA, Stephen Jackson.

"Dia tahu dia harus pindah untuk menjadi yang terbaik," tulis Jackson di akun Instagramnya. Jackson juga seorang penduduk asli Houston. 

Dia bahkan juga menyebut Floyd sebagai saudara kembarnya.

4. Berkerja di restoran

Usai menjadi sopir truck, Floyd bekerja sebagai sekuriti di  Conga Latin Bistro di Minneapolis. Dia membangun reputasinya di profesi ini.

Menurut Star Tribune, Floyd telah bekerja di restoran selama lima tahun dan menyewa rumah dari pemilik restoran, Jovanni Thunstrom.

5. Baik dan sopan

Pelanggan Conga Jessi Zendejas mengatakan dalam sebuah posting di Facebook bahwa penjaga keamanan "menyukai pelukannya dari pengunjung tetapnya," menurut Star Tribune.

Salah satu pelindung restoran menggambarkan Floyd, yang dikenal sebagai "Big Floyd," sebagai "raksasa lembut."

"[Dia] akan marah jika Anda tidak berhenti untuk menyambutnya karena dia jujur suka melihat semua orang dan menonton semua orang bersenang-senang," tulis Zendejas di media sosial.

Thunstrom menggemakan sentimen dalam sebuah wawancara dengan KSTP.

"Dia bukan tipe yang agresif, tidak sopan. Dia orang yang sangat tenang dan baik. Aku ingin orang-orang mengingatnya seperti itu."

6. Ditangkap polisi atas dugaan penipuan

Dilansir AFP, Kamis, 28 Mei 2020, George ditangkap pada hari Senin oleh polisi kota Minneapolis, AS. 

George FLoyd ditangkap karena diduga telah melakukan transaksi memakai uang palsu senilai $ 20.

Kejadian ini terekan oleh kamera dimana tangan Floyd diborgol dan kemudian dijatuhkan ke aspal oleh polisi. Lehernya bahkan diduduki oleh seorang polisi hingga dia kehabisan napas dan meninggal.

7. "I can't breathe"

"I can't breathe" atau aku tak bisa bernafas adalah kata-kata terakhir Floyd sebelum dia meninggal di bawah lutut seorang polisi.

"Lututmu di leherku. Aku tidak bisa bernapas.... Mama. Mama," pinta Floyd sesaat sebelum dia tewas.

Kata-kata tersebut kemudian menjadi tagline yang ditulis di papan oleh sejumlah demonstaran yang membelanya hingga berhari-hari.




George Floyd.Sosok George Floyd

Share to: