Review Fakta Serial DARK Netflix: Penjelajah Ruang dan Waktu Paradoks

Review Fakta Serial DARK Netflix: Penjelajah Ruang dan Waktu Paradoks

Review Fakta Serial DARK Netflix: Penjelajah Ruang dan Waktu Paradoks

Review dan Fakta Serial DARK Netflix (Foto Istimewa)


Sudah tahu serial Dark dari Netflix? Kalau belum kamu beneran harus nonton gaes, karena serial sains-fiksi dari Jerman itu kami nobatkan sebagai salah satu serial ter-mindblowing tahun ini.

Dalam artikel ini, tim KUYOU akan mengulas fakta dan review dari Serial Dark Netflix ini. Buat kamu yang enggak mau kena spoiler mending close artikel ini gaes!

DARK merupakan sebuah serial yang menceritakan tentang keterkaitan antara hubungan empat keluarga gaes. Didalamnya kalian bakal dihadapkan dengan silsilah keluarga dan juga hunungan yang rumit abis.

BACA JUGA: Review dan Spoiler Train to Busan 2: Peninsula, Lebih Mencekam Gaes

Bahkan di season 3 ini kerumitan plot semkain terasa bahkan bikin kamu nyesel kalau melewati alurnya sedetik saja.

Berikut review dan ulasan fakta serial Netflix berjudul DARK dari Jerman, resensi dibawah adalah sebuah manifestasi dari seorang penulis dari platform Kompasiana bernama Rizka Khaerunnisa.

Review Awal Cerita

Dirilis 27 Juni lalu, series ini menutup kerumitan kisah Dark dengan sangat epik gaes. Apakah kisah ini bakal memunculkan paradoks dalam bentuk berbeda atau bakal selesai begitu saja.

Kerumitan ini berawal dari hilangnya Mikkel Nielsen pada tahun 2019. Saat itu Mikkel terlempar ke tahun 1980-an dan namanya berubah menjadi Michael. Ia diasuh oleh Ines Kahnwald dan menikah dengan Hannah dan memiliki anak bernama Jonas. Jonas tak percaya akan hal ini.

Hal ini berarti kekasihnya, Martha Nielsen, yang merupakan kakak Mikkel adalah bibinya sendiri.  Selain itu, Jonas adalah Adam yang berwajah cacat dan punya sikap serba dingin. Silsilah keluarga ini di masa lalu dan masa depan jadi serba paradoks, yang membuatnya makin meragukan keberadaanya di dunia ini. Jonas adalah Adam yang berwajah cacat dan punya sikap serba dingin.

Sejak di musim kedua, kita diperkenalkan dengan tokoh Adam. Dan ngga tau kenapa, tangan kanannya Adam bernama Noah. Dark sepertinya mengadopsi kisah kuno dalam agama-agama Abrahamik.

Adanya Adam dan Eva

Setelah trailer musim ketiga rilis, sedikit ketahuan spoiler-nya. Ada adegan yang menampilkan lukisan sepasang laki-laki dan perempuan berukuran besar, tergantung di tengah luasnya ruangan. Benar saja, lukisan tersebut adalah simbol dari Adam dan Eve/Hawa ('Eva' di dalam serial).

Eva merupakan jawaban atas kebingungan penonton di akhir musim kedua, mengapa muncul Martha "lain" sesaat setelah Martha-nya Jonas tertembak mati? "Pertanyaannya bukan dari masa mana, tapi dari dunia mana," ujar Martha "lain" kepada Jonas yang saat itu takut dan kebingungan. Ya, Eva adalah versi tua dari Martha.

Penonton seolah-olah digiring untuk percaya bahwa hanya ada realitas tunggal. Kita dibuat percaya bahwa dunianya Jonas merupakan realitas itu sendiri. 

Sama seperti kita mempercayai realitas dalam hidup kita saat ini, yaitu apa yang kita lihat, yang kita sentuh, yang kita cium, yang kita rasakan.

Dunia Eva adalah kebalikan dari dunianya Adam. Istilahnya parallel universe. Mirip tapi tak sama. Sama tapi tak mirip. Para tokoh dari dunia Adam hanya berganti peran dan tempat tinggal di dunia Eva. Namun semua peristiwa dan benda-benda di kedua dunia masih sama, Winden masih yang itu-itu saja.

Misalnya, rumah Kahnwald berubah jadi tempat tinggalnya keluarga Nielsen. Kemudian, Martha jadi "tokoh utama" yang selalu mengenakan jaket kuning.

Yang benar-benar berbeda, eksistensi Jonas/Adam malah tak ada di dunia Eva. Kata Eva kepada Jonas muda, "Dunia tanpamu. Bukankah itu yang kamu inginkan?" Maka yang terjadi di sana, Mikkel tidak pernah menghilang dan tidak menikah dengan Hannah. Tapi sayangnya, Martha pacaran dengan laki-laki lain yang eksistensinya tak dikenali Jonas di dunia asalnya.

Baik Adam maupun Eva, keduanya sama-sama ingin menyelamatkan orang terkasih di dunianya masing-masing. Tapi jalan yang mereka tempuh berbeda.

Adam ingin agar simpul tak terbatas yang mengikat kedua dunia bisa terputus. Ia ingin agar kedua dunia benar-benar lenyap sehingga kutukan siklus dan penderitaan manusia bisa berakhir. Adam percaya, sumbernya berasal dari buah hubungan dan persetubuhan antara dirinya dengan Martha.

Tetapi Eva enggan mengambil jalan itu. Ia ingin agar siklus kehidupan --meski dengan penderitaan-- tetap lestari dan berjalan sebagaimana mestinya.

Saya jadi berpikir ke sini, dalam konteks Dark seolah-olah Adam merupakan representasi maskulinitas yang "perusak" tapi logis, sementara Eva merepresentasikan feminitas yang "penjaga" tapi tak logis. 

Kedua belah pihak tak ada yang seutuhnya jahat dan seutuhnya baik. Semua tokoh saling berbohong satu sama lain, tetapi juga menyampaikan kebenaran.

Mula-mula kita dibuat percaya bahwa realitas itu tunggal. Selanjutnya, kita dibuat percaya terhadap realitas yang dualistis, antara dunia Adam dan Eva. Mirip seperti kita terbiasa mempercayai dualisme di dunia kita ini --hitam-putih, baik-jahat, surga-neraka, dan seterusnya.

Tetapi.. Kata Claudia Tiedemann kepada Adam, "Pemikiran kita dibentuk oleh dualitas. Hitam-putih. Terang dan bayangan. Duniamu dan dunia Eva. Namun itu keliru. Tidak ada yang lengkap tanpa dimensi ketiga."

Hmm, sejak musim pertama kita diperkenalkan dengan simbol Sic Mundus yang mengambil bentuk triqueta. Bahkan Adam, pemimpin Sic Mundus, tak menyadari kemungkinan itu? (Ya, mungkin aja ini akal-akalan pembuat Dark biar ngga ngebosenin!).

Sejatinya, Claudia bertindak sebagai "penengah" di antara persaingan Adam dan Eva. Ia merupakan orang yang tak berpihak pada siapa pun dan mengambil jarak di luar kedua realitas sebagai pengamat. "Kebenaran" itu rupanya datang dari "yang ketiga".

Manusia, Si Pengelana dalam Siklus Tak Berujung

Dalam agama Abrahamik dikisahkan bahwa Adam dan Eva hidup berdampingan dalam realitas yang sama di atas bumi. Sementara dalam semesta kota Winden, kehidupan Adam dan Eva tidak pernah benar-benar bersama, keduanya terpisah oleh sekat dimensi.

Jika Adam dan Eva dalam kisah agama Abrahamik menghasilkan banyak keturunan, generasi demi generasi yang berjalan dalam waktu linier, Dark malah mengubahnya menjadi "tak terbatas" atau infinity. Ini gara-gara dimensi mereka berbeda dan punya keturunan dari dua dimensi merupakan "sesuatu yang salah".

Di dalam musim ketiga, muncul tiga tokoh yang ke mana-mana selalu bersama. Pakaian mereka sama, bibir mereka juga sama-sama sumbing. Sebetulnya mereka adalah satu eksistensi, mereka adalah anak dari Adam dan Eva dalam versi muda, dewasa, dan tua. Dia (atau mereka) tak punya nama, The Unknown.

Hubungan antara Jonas/Adam dan Martha/Eva merupakan simbol yang "tak terbatas". Empat keluarga di Winden melakukan perjalanan dan loncatan waktu, berhubungan dan terikat satu sama lain, serta membentuk simpul eksistensi mereka sendiri.

Gara-gara penjelajahan waktu, kehidupan empat keluarga ini --yang sebetulnya satu keluarga-- menghasilkan paradoks yang terus berputar tiada ujung. Paradoks itu misalnya seperti yang sudah disebutkan di awal antara hubungan Jonas, Mikkel/Michael, dan Martha atau keluarga Nielsen.

Setelah rampung menonton serial Dark, saya jadi punya kesan kalau para tokoh di dalam serial ini punya kesamaan motivasi, yaitu berusaha memperbaiki masa lalu. Dengan bahasa lain, pada dasarnya manusia mudah terjebak di masa lalu dan gagal move on. :(

Kita kira, dengan keyakinan terhadap kehendak bebas kita bisa mengubah masa lalu. Ini jadi perenungan filsafat manusia sepanjang masa; adakah yang namanya kehendak bebas? Atau setiap jalan yang kita kira dipilih dengan kehendak bebas justru merupakan takdir itu sendiri?

Claudia Tiedemann misalnya, ia mengetahui kapan Egon Tiedemann, ayahnya, meninggal dunia. Ia berusaha mencegah kematian Egon atau paling tidak, seandainya Egon benar-benar meninggal, Claudia ada di sana untuk menemaninya. Tetapi rupanya tindakan Claudia sendiri yang menyebabkan Egon meninggal.

Apa yang dialami Claudia itu menunjukkan secuil representasi tentang takdir yang tak bisa diubah, seberapa kerasnya manusia berusaha. Dalam Dark, kehendak bebas seolah-olah hanyalah ilusi, deja vu toh terjadi terus-menerus.

Di sisi lain, rupanya kehendak bebas masih berpihak pada kehidupan. Apa yang membuat Adam, Eva, Jonas, Martha, dan Claudia berhasil memutus simpul kalau bukan kehendak bebas?

Akhirnya mereka tahu cara memutus rantai siklus. Mereka mencari celah di antara waktu, saat waktu berhenti sepersekian detik di dalam apocalypse untuk mengubah segalanya.

Dimensi Ketiga

Di saat siklus terjadi lagi, Jonas membawa Martha ke dunia asal --the origin atau dimensi ketiga yang disebut Claudia-- di tahun 1986 untuk mencegah kematian putra, menantu, dan cucu H.G. Tannhaus, sehingga Tannhaus tak pernah menciptakan mesin waktu yang dapat memicu eksistensi dunia Adam dan Eva.

Kata Martha ketika mereka berhasil mencegah kematian putra Tannhaus, "Menurutmu ada bagian kita yang tetap ada? Atau apakah itu sesungguhnya kita sebuah mimpi? Kita tidak pernah benar-benar ada."

"Aku tidak tahu," jawab Jonas. Tak lama, eksistensi keduanya pun menghilang tanpa bekas jasad.

Saya jadi teringat apa yang dikatakan Eva pada Jonas muda, "Manusia menjalani tiga kehidupan. Kehidupan pertama berakhir dengan hilangnya kenaifan. Kedua dengan hilangnya kepolosan. Dan ketiga dengan hilangnya kehidupan itu sendiri."

Momen menghilangnya eksistensi kedua dunia itu mengingatkan saya pada ide dari filsafat Timur, tentang kesadaran tertinggi manusia saat segala kemelekatan duniawi telah dilepaskan. Ini penafsiran saya aja sih ya...

Mereka telah menjalani siklus berkali-kali, terlahir kembali dan terlahir kembali. Kedua dunia sangat terikat pada sifat-sifat keduniawian, yaitu keinginan untuk memiliki satu sama lain, diikuti dengan rasa sakit, duka, luka, kehilangan, dan penderitaan di sepanjang hidupnya.

Momen lenyapnya eksistensi kedua dunia seperti menandakan bahwa mereka telah merdeka dan bebas dari ikatan duniawi menuju ke kesempurnaan dan kesadaran Atman(?). 

Mereka telah menjalani "tiga fase kehidupan" seperti yang dikatakan Eva. "Hilangnya kehidupan itu sendiri" berarti lenyapnya eksistensi menuju tak terbatas yang "damai dan tenang".

Mungkin itu kenapa episode terakhir diberi judul "The Paradise", nirwana yang sesungguhnya terletak di kedalaman diri sendiri.

Kota Winden seperti perwujudan mikrokosmos. Bayangkan jika keturunan infinity dari Adam-Eve itu dalam versi dunia kita, barangkali selama ini kita tak menyadari bahwa di belahan bumi lain siapa tahu si A merupakan "saudara" kita yang terhubung oleh kerumitan silsilah umat manusia.

Tapi saya masih menyimpan pertanyaan lagi. Kesan kita, Dark seolah-olah mengambil ending yang tertutup. Seolah-olah dengan hilangnya eksistensi kedua dunia dan melihat realitas "baru" di dunia asal, semua itu beres, selesai, the end.

Coba pikirkan lagi tentang ini. Ketika Jonas dan Martha tiba di dunia asal (the origin), tepat sebelum H.G. Tannhaus menciptakan mesin waktu di tahun 1986, bukankah itu menandakan bahwa dunia asal juga mengalami perputaran waktu (time-loop)?

Kalau tidak pernah ada time-loop, lantas bagaimana mungkin realitas "yang lain" dan lubang cacing di kedua dunia terbentuk jika bukan dari peristiwa kegagalan Tannhaus menciptakan mesin waktu?

Kami ingin menyelesaikan review ngalor-ngidul ini dengan kembali ke potongan adegan yang saya ceritakan di awal (biar kayak konsep time-loop: awal adalah akhir, akhir adalah awal, wkwk). Ketika Hannah duduk termangu dan merasakan deja vu. Itulah gambaran tentang dunia asal (the origin) dalam episode terakhir.

Selain ada Regina dan Hannah, di meja makan itu ada Torben Woller sebagai suaminya Hannah (bukan Mikkel maupun Ulrich, siapa sangka?), lalu ada Katharina, Peter, dan Bernadette alias Benni. Mereka semua berteman, ndak bermusuhan seperti yang terjadi di dunia Adam dan Eva.

Mereka merupakan bagian dari the origin yang eksistensinya tak ikutan hilang jika dunia Adam dan Eva tak pernah "ada". Surprisingly, di dunia asal ini Hannah sedang mengandung Jonas!

Lagi-lagi, dengan gemas, saya ingin bilang kalau Winden benar-benar seperti "kutukan" dalam ruang mikrokosmos. Rasa-rasanya kita "tahu" tentang Winden. Rasa-rasanya kita "tahu" tentang realitas dan dunia yang kita pijak sekarang. Tetapi, seperti kata H.G. Tannhaus dan Jonas di episode terakhir,

"Yang kita tahu hanyalah setetes. Yang tidak kita ketahui seluas lautan."

BACA JUGA: Review dan Sinopsis Drama Start Up yang Viral di Netflix, Wajib Nonton

Nah, itu dia gaes ulasan serial Dark dari Netflix? Kalau belum kamu beneran harus nonton gaes, karena serial sains-fiksi dari Jerman itu kami nobatkan sebagai salah satu serial ter-mindblowing tahun ini.




Review dan Fakta Serial DARKSerial DARK NetflixDARKNetflixReview Film

Share to: