Kisah Kereta Prameks: Gerbong yang Jadi Saksi Bisu Perpisahan Kisah Cinta Jogja-Solo

Kereta Api Prambanan Ekspres (KA Prameks) yang melayani perjalanan Solo- Yogyakarta, resmi berhenti beroperasi pada Selasa, 9 Februari 2021. 

KA Prameks ini nantinya akan diganti dengan Kereta Api Listrik (KRL) dengan jalur yang sama. Upacara pelepasan pun dilakukan pada perjalanan terakhirnya dari Stasiun Solo Balapan menuju Stasiun Tugu- Yogyakarta. 

BACA JUGA: Viral, Gara-gara Kesal, Masinis Ini Lempar Batu ke Bocah Dekat Rel Kereta Api

Pelepasan KA Prameks ini cukup mengharukan. Pasalnya, KA Prameks menjadi saksi bisu beragam kisah warga Jogja dan Solo. Dari mulai anak kuliahan, kaum pekerja, termasuk orang-orang yang memperjuangkan nasib cinta mereka diantara dua kota tersebut.

BACA JUGA: Viral, Satu Gerbong Kereta Kompak Ngaji, Ternyata Ini Alasannya

KA Pramek Viral di sosial media

Pelepasan KA Prameks ini pun sampai viral di berbagai media sosial, terutama TikTok. Netizen yang menyaksikan pelepasan tersebut ikut mengungkap kenangan-kenangan mereka bersama KA Prameks. 

Ada yang mengenang Pramek sebagai kereta pertama yang dinaiki, ada juga yang mengenang kisah perjuangan mereka bersama Prameks. 

Bagi anak Jogja - Solo, Prameks jadi saksi bisu pertemuan dan perpisahan

27 tahun lamanya, Prameks sudah beroperasi dan membawa kisah-kisah perjalanan anak Jogja dan Solo. Prameks menjadi saksi bahwa ada pertemuan pun juga ada perpisahan. 

Prameks menjadi sebuah benda mati yang menghidupkan banyak cerita bagi anak Jogja maupun Solo. Terlalu banyak kisah tercipta dalam setiap inchi gerbongnya. 

Dari mulai seseorang yang memperjuangkan jarak demi kekasihnya, hingga ada juga orang yang memergoki pasangannya bersama orang lain di Prameks dan banyak kisah lainnya. 

Berjasa untuk para mahasiswa dan pekerja

Prameks memang sangat berjasa bagi para mahasiswa asal Solo yang kuliah di Jogja. Mereka lebih memilih menaiki Prameks dengan harga yang sangat terjangkau. Berkat Prameks lah perjalanan para mahasiswa yang menempun puluhan kilometer ini bisa lancar. 

Begitupun para pekerja asal Solo yang memilih bekerja di Jogja. Ataupun sebaliknya, masyarakat Jogja yang bekerja di Solo. Setiap pagi, mereka berbondong-bondong datang ke stasiun, menitipkan motor di tempat favorit mereka, hingga mengantre beli tiket dan melaju menggunakan Pramek menuju kota tujuan mereka.