Ini Perbandingan H-Index Ilmuwan Indonesia dan Luar Negeri, Kenapa Ilmuwan Kita Skeptis dengan Ivermectin?

Ini Perbandingan H-Index Ilmuwan Indonesia dan Luar Negeri, Kenapa Ilmuwan Kita Skeptis dengan Ivermectin?

Ini Perbandingan H-Index Ilmuwan Indonesia dan Luar Negeri, Kenapa Ilmuwan Kita Skeptis dengan Ivermectin?

Perbandingan H-Index Ilmuwan Indonesia dan Luar Negeri dalam Kolase (Foto: Berbagai Sumber)


Yu simak perbandingan H-Index ilmuwan Indonesia dan luar negeri terkait Ivermectin berikut ini.

Seperti yang kita tahu, sekarang ini lagi ramai kalau Ivermectin bisa menyembuhkan Covid-19. Namun, ilmuwan Indonesia sampai saat ini masih Skeptis dengan Ivermectin ini gaes.

Pasalnya, ilmwan lokal berbicara sesuai keberanan keilmuan yang tercatat dalam lembar hitam ilmuwan yang menentang obat tanpa referansi yang benar gaes.

BACA JUGA: Rencana Harga Ivermectin Rp 7 Ribu per Tablet, Solusi Murah Meriah di Masa Pandemi Gaes

Selain itu, H-index ilmuwan Indonesia masih jauh di bawah luar negeri. Bahkan, berbagai spekulasi yang dilontarkan ilmuwan Indonesia masih jauh di bawah luar negeri.

Padahal di luar negeri sudah diteliti oleh ilmuan luar negeri dan hasilnya positif, salah satunya di Amerika Serikat Ivermectin sudah disetujui sebagai agen anti parasit spektrum luas yang berdasarkan sejumlah penelitian secara in vitro yang ternyata memiliki aktivitas antivirus. 

Perbandingan H-Index Ilmuwan Indonesia dan Luar Negeri

Prof Paul Marik adalah ilmuwan dengan H-index 91. Dia merupakan tokoh penting PLCC yang memperjuangkan Ivermectin sebagai solusi pandemi Covid-19 gaes.

Meski Prof Paul Marik menilai Ivermectin sebagai solusi pandemi Covid-19, namun jika pernyataan tersebut dibandingkan dengan salah satu H-Index ilmuwan Indonesia, yaitu Dr Dicky Budiman dengan H-index 1 sangat berbeda. Pasalnya ia mengatakan, Ivermectin belum ada penelitian gaes.

BAACA JUGA: Laksanakan Uji Klinik Ivermectin, Erick Thohir Harap Rakyat Mendapatkan Obat Covid-19 Murah

H-Index sendiri adalah tolak ukur reputasi ilmuwan baik itu dosen ataupun peneliti dalam mengembangkan hasil karya keilmuwannya. 

Adapun, perbandingan H-index ilmuwan Indonesia dan luar negeri lainnya adalah Pandu Riono dengan H-index 10 vs Dr Paul Marik dengan H-index 91. Kemudian Y. Harahap dengan H-index 5 vs Christopher YM Whitty dengan H-index 65.

Oleh karena itu, H-index ilmuwan Indonesia dinilai masih jauh di bawah luar negeri dan berbagai spekulasi yang dilontarkan ilmuwan Indonesia pun masih jauh dari luar negeri gaes.

Ivermectim Harus Tunggu Hasil Uji Klinis Sebagai Obat Terapi Covid-19

Melalui akun Twitternya, Dr. Dicky Budiman mengatakan, bahwa Ivermectim harus menunggu hasil uji klinis sebagai obat terapi Covid-19. Sebab menurutnya, sejauh ini belum ada yang bisa menguatkan klaim atas obat tersebut.

"Kita hrs menunggu hasil uji klinis ivermectin sebagai tepai COVID. Sejauh ini belum ada yang bisa menguatkan klaim atas obat ini," katanya di akun Twitter @drdickybudiman.

Kenapa ilmuwan kita skeptis dengan Ivermectin? Karena di Indonesia sendiri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebut, bahwa akan dilakukan uji klinik di bawah koordinasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan bersama sejumlah rumah sakit. 

Adapula perbadingan H-index Pandu Riono yang memiliki H-index 10 sangat jauh perbandingannya dengan ilmuwan luar negeri A Bryant yang memiliki H-index 34 gaes.

Uji klinik ini menjadi bagian penting baik untuk Indonesia maupun secara global agar semakin banyak data yang tersedia untuk bisa menyimpulkan bisa tidaknya ivermectin digunakan sebagai terapi COVID-19 gaes.

BACA JUGA: Percepat Uji Klinis, Erick Thohir Siap Produksi 4,5 Juta Ivermectin

Nah, itu dia perbandingan H-Index ilmwan Indonesia dan luar negeri terkait Ivermectin. Di mana ilmwan Indonesia masih skeptis dengan Ivermectin, sehingga penggunaan obat tersebut harus menunggu hasil uji klinis sebagai obat terapi Covid-19 gaes.




H-Index Ilmuwan IndonesiaPerbandingan H-Index Ilmuwan Indonesia dan Luar NegeriH-Index Ilmuwan Indonesia dan Luar NegeriH-IndexH-Index Prof Paul MarikH-Index Dr Dicky BudimanIvermectinCovid-19

Share to: