Olahraga merupakan kebutuhan di masa pandemi Covid-19. Dengan olahraga yang rutin, dapat berguna dalam tatalaksana penyakit kronis yang merupakan faktor komorbid utama pada kasus COVID19, dan juga meningkatkan imunitas tubuh. Olahraga yang baik menggunakan prinsip BBTT (Baik, Benar, Teratur, dan Terukur) (Kemenkes). Salah satu olahraga yang dapat dilakukan secara teratur untuk meningkatkan imunitas tubuh selama masa COVID19 adalah olahraga dengan intensitas sedang.
BACA JUGA: Biodata Bima Aryo Lengkap Umur dan Agama, Presenter Traveler yang Viral Dalami Pijat Kretek Tulang
Pada olahraga intensitas sedang yang dilakukan dalam kurun waktu kurang dari 60 menit, akan meningkatkan immunosurveillance dari subtipe sel imun yang memiliki efek terapeutik dan preventif. Respon akut dari latihan fisik sedang ialah peningkatan aktivitas antipatogen dari makrofag yang timbul bersamaan dengan peningkatan resirkulasi immunoglobulin, sitokin anti-inflamasi, neutrophil, sel natural-killer (NK), sel T sitotoksik, dan sel B, dimana seluruhnya berperan penting sebagai imun pertahanan tubuh (Utam, 2020). Studi lain juga mendukung bahwa latihan fisik rutin selain dapat memperbaiki regulasi sistem imun, tetapi juga dapat menunda onset dari immunosenescence (Wents, 2019).
Walaupun dapat meningkatkan imunitas tubuh, olahraga juga dapat menyebabkan perubahan pada pertahanan mekanik dari saluran napas. Olahraga berat diduga dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (Shephard, 1999). Beberapa studi menemukan bahwa latihan fisik dengan intensitas terlalu berat dan terlalu lama berpotensi memberikan dampak buruk. Penelitian yang dilakukan Konig menemukan bahwa pada pelari maraton sebanyak 13% mengalami sakit dalam waktu 1 minggu setelah lari maraton, sedangkan pada pelari yang tidak ikut marathon hanya 2.2%. Pada studi lain juga menyatakan bahwa risiko infeksi saluran napas atas lebih tinggi pada atlet yang berpartisipasi dalam perlombaan kompetitif, aktifitas fisik berat dan dengan beban stres mental (Konig, 2006).
Intensitas relatif saat berolahraga dapat diukur dengan menghitung heart rate maximal. Detak jantung (HR) secara historis dianggap sebagai ukuran objektif dari intensitas aktivitas fisik (Utam, 2020). Detak jantung (HR) adalah denyut jantung yang merupakan jumlah detak jantung dalam satu menit dengan satuan Beat Per Minute (bpm). Nilai heart rate dapat membantu dalam mengevaluasi program latihan saat berolahraga, hal ini juga dapat diterapkan untuk evaluasi dini kesahatan jantung. Maximum heart rate (HR Max) adalah denyut jantung yang dapat dicapai pada saat berolahraga dan tergantung umur. Maximum heart rate dapat diperkirakan dengan menggunakan beberapa formula. Formula yang paling sering digunakan adalah :
1. HR max = 220 - umur (laki-laki),
2. HR max = 226 - umur (wanita), dan
3. HR max = 220 - setengah umur (pada obesitas) (Hillman, 2019).
Olahraga yang dapat membantu meningkatkan imunitas tubuh adalah olahraga dengan intensitas sedang (50 – 70% dari denyut nadi maksimal), yang dilakukan dalam kurun waktu kurang dari 60 menit dengan bantuan pemeriksaan denyut nadi maksimal. Sedangkan olahraga berat (> 70% dari denyut nadi maksimal) yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih akan menimbulkan dampak fisiologis yang dapat menurunkan imunitas tubuh
BACA JUGA: Biodata Haura Lathifa Lengkap Umur dan Agama, Aktris Cantik Anggota DREAMGIRLS
Contoh kasus:
Agus seorang pria berusia 20 tahun, maka Heart Rate maksimal nya adalah 220-20= 200. Apabila ia melakukan program latihan dengan intensitas sedang berada di 60% dari HR Max (200 x 60%= 120), berarti ia harus mencapai Heart Rate hingga 120
Share to:
Related Article
-
Gampang Banget, Ini Tutorial dan Cara Buat Spotify Wrapped 2022 yang Lagi Viral di Medsos
Viral|December 01, 2022 16:00:00