Sisi Gelap Vanlentine 14 Februari 2022, Lengkap dengan Sejarah dan Asal-Usulnya

Sisi Gelap Vanlentine 14 Februari 2022, Lengkap dengan Sejarah dan Asal-Usulnya

Sisi Gelap Vanlentine 14 Februari 2022, Lengkap dengan Sejarah dan Asal-Usulnya

Sisi Gelap Vanlentine (Foto:Berbagai Ssumber)


Hari Valentine dipercaya sebagai waktu yang tepat untuk merayakan romansa, cinta, kesetiaan dan semua hal yang berbau kasih sayang.

Namun hanya sedikit, hanya sedikit saja mereka yang tahu apa yang menjadi asal-usul valentine. Bagi mereka yang tahu, tentu valinetine tidak benar-benar manis.

Siapa sangka, di balik hari penuh cinta dan romantisme ini ada sejarah kelam di belakangnya. Berdarah-darah dan agak kacau. Di mulai di Kota Roma kuno, di mana laki-laki terbiasa untuk memukul perempuan.

Baca Juga: Fakta dan Profil Lizzebeth aka lizzebethmua, Ibu TikToker Cilik Clayton yang Cantik Abis

Asal-usul valentine dapat ditelusuri dari era Romawi Kuno saat peradaban itu berkutat dengan paganisme. Saat itu, tiap tanggal 13-15 Februari, warga Romawi Kuno merayakan ‘Lupercalia’. 

Lupercalia dimulai dengan melakukan pengorbanan dua ekor kambing jantan dan seekor anjing. Kemudian pria setengah telanjang berlarian di jalan dan mencambuk gadis-gadis muda dengan tali berlumuran darah, tali yang baru dibuat dari kulit kambing yang baru dikorbankan. Hal itu dilakukan orang-orang Romawi sebagai sebuah ritus. Sampai tahun 496 Masehi, Lupercaila dipercaya sebagai ritus untuk pemurnian dan kesuburan.

“Upacara tersebut diyakini dapat membuat perempuan lebih subur,” jelas Noel Lenski, seorang sejarawan dari University of Colorado, Boulder,

Puncak dari upacara itu terjadi pada 15 Februari. Dilakukan secara bersamaan di bukit Palatine, di samping gua yang diyakini menjadi tempat serigala betina menyusui Romulus dan Remus yang merupakan pendiri kota Roma dalam mitologi mereka.

Pada tahun 496, Paus Gelasius I melarang Lupercalia. Sebagai gantinya ia menetapkan tanggal 14 Februari sebagai ‘Hari Santo Valentine’. 

Lalu siapa itu Santo Valentine? Santo Valentine adalah seorang pendeta yang hidup pada era kekaisaran Cladius di Roma. Saat itu, sang Kaisar sangat berambisi mempunyai pasukan militer yang sangat kuat. Namun keinginan Kaisar tidak didukung oleh rakyatnya, karena mereka tak mau berpisah dengan keluarganya. Tidak didukung, Kaisar marah. Ia melarang pernikahan bagi rakyatnya. Rakyat tidak bisa menolak, kendati begitu ada seorang pendeta yang tidak setuju dengan aturan itu, itulah St Valentine.

Seiring berjalannya waktu, peringatan hari Valentine menjadi semakin manis. Chaucer dan Shakespeare membuatnya tambah romantis dengan karya-karyanya. Mereka meraih popularitas di seluruh Inggris dan Eropa. Kartu ucapan kertas buatan tangan menjadi primadona di Abad Pertengahan.

Baca Juga: Fakta-fakta Dassault Rafale Lengkap Harga dan Spesifikasi, Pesawat Tempur Prancis Diborong Prabowo

Tradisi itu akhirnya berhasil sampai ke dunia baru. Revolusi industri mengantarkan kartu buatan pabrik pada abad ke-19. Dan pada tahun 1913, Kartu Hallmark dari Kansas City, Mo, mulai memproduksi kartu Valentine secara massal. 

Perayaan hari Valentine menjadi lahan bisnis skala besar. Namun komersialisasi itu juga dianggap  merusak bagi banyak orang. Helen Fisher, seorang sosiolog di Rutgers University, mengatakan, kita hanya bisa menyalahkan diri sendiri.

Hingga hari ini, perayaan Hari Valentine terus berlangsung, dengan berbagai cara. Banyak yang menguras tabungannya di bank hanya untuk membeli perhiasan dan bunga untuk kekasih mereka. Namun ada juga yang merayakannya sendirian.  Beberapa bahkan mungkin menghabiskan hari itu dengan cara yang sama seperti yang dilakukan orang-orang Romawi awal.




Hari ValentineSisi Gelap Vanlentine14 FebruariSejarah Hari ValentineAsal-Usul Hari ValentineHororUrbanMitosMisteri14 Februari 2022

Share to: