MAJA Labs x Samsara Living Museum, Hadirkan Workshop Inovasi Budaya Berbasis Pengembangan Web 3.0

MAJA Labs x Samsara Living Museum, Hadirkan Workshop Inovasi Budaya Berbasis Pengembangan Web 3.0

MAJA Labs x Samsara Living Museum, Hadirkan Workshop Inovasi Budaya Berbasis Pengembangan Web 3.0

MAJA Labs x Samsara Living Museum (Foto: Istimewa)


MAJA Labs dan Samsara Living Museum berkolaborasi untuk menghadirkan workshop yang bertajuk Inovasi Budaya Berbasis Pengembangan Web 3.0.

Workshop yang membahas budaya Bali yang bisa dikembangkan ke teknologi Web 3.0 ini digelar di Samsara Living Museum, Karangasem, Bali pada 26 Februari 2023.

Baca Juga: Talkshow Bertema "Nature, Culture, Future" di Samsara Living Museum, Founder MAJA Labs Adrian Zakhary: Ide BDFW 2022 Berasal dari Kecintaan dengan Alam

Workshop Inovasi Budaya Berbasis Pengembangan Web 3.0

MAJA Labs kembali berkolaborasi dengan Samsara Living Museum. Kali ini, mereka berkolaborasi menghadirkan workshop yang bertajuk Inovasi Budaya Berbasis Pengembangan Web 3.0.

Workshop ini membahas mengenai kekayaan budaya yang dimiliki Bali dan ternyata bisa dikembangkan ke dalam teknologi berbasis Web 3.0.

Untuk membahas hal tersebut, dihadirkan beberapa narasumber yang berkompeten di bidangnya, mereka adalah Adrian Zakhary, Founder MAJA Labs, lalu Raka Jana, seniman dan ilustrator Bali, lalu Putri Anugrah Cahya Dewi, Kepala Pusat Penjaminan Mutu STMIK Primakara, selain itu acara ini juga dipandu oleh Ida Bagus Agung Gunarthawa, Co-Founder of Samsara Living Museum.

Samsara Living Museum Ingin Masyarakat Lebih Mengenal Bali

Ida Bagus Agung Gunarthawa mengatakan bahwa Bali ini memiliki nilai dan living culture yang masih terjadi. Nah, Samsara Living Museum sendiri ingin membuat masyarakat lebih mengenal Bali dengan mengenalkan Bali dengan cara yang otentik.

"Bali punya nilai, punya living culture yang hari ini masih terjadi dan seterusnya. Maka dari itu kami ingin mencoba bermain nyentrik dengan memposisikan diri sebagai Bali yang otentik, misalnya ketika landing di Bandara Ngurah Rai masih terasa Balinya tapi mungkin tidak 100%," ucap Ida Bagus Agung Gunarthawa.

Inovasi dan Transformasi Itu Penting

Sementara itu, Raka Jana yang juga seorang seniman dan ilustrator selalu mengenalkan Bali dengan gaya berbeda. Meski begitu, Raka tetap memasukkan unsur Bali di setiap karyanya.

Raka Jana sendiri mengatakan bahwa awalnya dirinya memiliki kesulitan dalam bertransformasi, namun pada akhirnya ia berhasil menciptakan karakter dirinya sendiri yang kini sangat kuat.

"Ketika kita membuat transformasi kita tidak akan nyaman, karena kita akan mengubah sesuatu yang sudah menjadi identitas. Tapi disini saya hanya berinovasi agar karya saya ini tidak sama dengan kebanyakan orang, Memang butuh waktu, tapi sekarang mempunyai karakter yang sangat kuat." kata Raka Jana.

Lebih lanjut, Raka Jana mengatakan bahwa inovasi dan transformasi itu penting. Namun di awal ia berpesan untuk memikirkan terlebih dahulu maksud dan tujuannya, lalu di bikin roadmap-nya. Dan yang terpenting jangan kaku dan malu untuk belajar dengan siapa saja.

"Inovasi itu penting, di awal mungkin bisa dibikin dulu tujuannya apa, roadmapnya dan segala macem, dan jangan pernah kaku, kita harus belajar sama siapa aja, mau yang lebih kecil atau dengan yang lebih besar," lanjut Raka Jana.

MAJA Labs Selalu Membawa Value

Sementara itu, Adrian Zakhary selaku Founder MAJA Labs mengatakan bahwa MAJA Labs sendiri selalu membawa value atau nilai yang bisa berdampak ke orang banyak.

"MAJA Labs selalu membawa value, value itu adalah nilai, nilai itu adalah sesuatu yang kita tanamkan supaya apa yang kita lakukan, apa yang kita perbuat itu punya dampak," ucap Adrian.

Salah satu hal yang MAJA Labs lakukan adalah menghadirkan berbagai kegiatan yang bisa berdampak bagi ekonomi, sosial dan budaya, seperti menggelar Bali Digital Fashion Week 2022 pada Desember kemarin, dimana MAJA Labs berkolaborasi dengan berbagai pihak baik itu dari seniman, UMKM dan lain sebagainya.

Lebih lanjut, Adrian Zakhary juga memberikan alasan mengapa ia memusatkan MAJA Labs di Bali. Hal ini karena ia melihat Bali memiliki fundamental yang kuat seperti Web 3.0.

"Bali hari ini kalau kita bisa bilang punya daya tarik dimana kalau ngomongin blockchain ini tempat yang paling bisa secara fundamental," lanjutnya.

Salah satunya adalah data kepemilikan tanah di Bali yang dimiliki oleh setiap anggota keluarga, jadi datanya tersebut tidak sentralisasi, melainkan desentralisasi sehingga bisa dibuktikan oleh setiap anggota keluarganya. Sama seperti Web 3.0 dimana blockchain dan metaverse sendiri kini sudah bisa menjual tanah secara virtual, yang datanya bisa dibuktikan oleh pemiliknya.

Baca Juga: Adrian Zakhary di Seminar Movement To The Futures: Kolaborasi MAJA Labs dan KOLA Bisa Hadirkan Influencer Baru

"Saya cerita ada temen cerita soal kepemilikan tanah karena di dunia blockchain, di dunia metaverse segala macam itu mereka juga ada jual tanah virtual, ada jual tanah di metaverse nya gitu loh di mana kepemilikannya tadi harus di proven, proven itu harus dibuktikan, nah blockchain ini membuktikan," ungkap Adrian.




MAJA LabsSamsara Living MuseumAdrian ZakharyRaka JanaPutri Anugrah Cahya DewiIda Bagus Agung GunarthawaWeb 3.0

Share to: