Para pejabat tinggi di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dilaporkan menjadi sasaran para peretas saat mereka bekerja pada respons global terhadap pandemi virus corona.
Tim keamanan WHO telah melihat peningkatan jumlah percobaan serangan cyber terhadap para pejabat sejak pertengahan Maret 2020. Hal ini diungkapkan oleh kepala informasi organisasi, Bernardo Mariano seperti dilansir dari The Indian Express.
Beruntung, WHO sendiri belum diretas, tetapi dia mengatakan bahwa kata sandi karyawan telah bocor melalui situs web lain.
Dalam sebuah wawancara pada hari Selasa, 22 April 2020, Mariano mengatakan bahwa beberapa serangan telah dilakukan oleh para peretas. Sasaran tersebut termasuk Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, serta Bruce Aylward, seorang utusan senior WHO yang memimpin tim tanggapan Covid-19 di Cina.
Selain itu, ada juga "upaya berkelanjutan" baru-baru ini untuk meretas komputer yang dioperasikan oleh tim yang terdiri dari empat karyawan WHO di Korea Selatan, serta insiden pekan lalu yang menargetkan staf di markas besar organisasi itu di Jenewa.
"Para peretas mencari target tertinggi - pejabat kunci yang terlibat dengan kerja Covid-19. Tim keamanan siber tidak pernah lebih sibuk, dan kami harus meningkatkan sumber daya untuk mencoba melindungi diri sendiri dan waspada.” kata Mariano.
Sebelumnya, pihak berwenang di Israel, Uni Eropa, Inggris dan Swiss telah mengeluarkan peringatan kepada WHO dalam beberapa pekan terakhir tentang serangan cyber pada sistemnya seperti Interpol dan Microsoft Corp, berdasarkan pada intelijen yang telah mereka kumpulkan.
WHO memang pernah memiliki satu peringatan keamanan dalam sebulan, tetapi sejauh ini pada bulan April organisasi telah menerima delapan dari otoritas keamanan siber nasional!
Banyak dari serangan itu merupakan upaya phishing atau spearphishing untuk memikat staf WHO agar mengklik tautan jahat dalam email. Hal tersebut sering dikirim ke akun kantor dan pribadi yang akan mengunduh malware ke komputer atau ponsel mereka.
Menghadapi serangan yang meningkat, WHO telah menggandakan ukuran tim keamanannya dan sekarang bekerja dengan lima perusahaan keamanan untuk meningkatkan pertahanannya. Tim tersebut telah mematikan beberapa sistem WHO yang diidentifikasi rentan terhadap serangan dan telah meningkatkan keamanan email internal, katanya.
"Ini belum pernah terjadi sebelumnya untuk semua orang di sini. Kami melakukan apa yang kami bisa untuk meredakannya," ujar Mariano.
Share to:
Related Article
-
Alasan WHO Larang Penggunaan Vape di Seluruh Negara
WHO|December 28, 2023 13:00:00