Kisah Khalifah Abu Bakar, Menjelang Wafat yang Ingin Dikafankan dengan Kain Usang

Kisah Khalifah Abu Bakar, Menjelang Wafat yang Ingin Dikafankan dengan Kain Usang

Kisah Khalifah Abu Bakar, Menjelang Wafat yang Ingin Dikafankan dengan Kain Usang

Abu Bakar Ash-Shiddiq (Foto: istimewa)


Abdullah bin Abu Quhafah atau yang lebih dikenal dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah salah satu pemeluk Islam awal, salah satu sahabat utama Nabi, dan khalifah pertama sepeninggal Nabi Muhammad mangkat. 

Sebagai pemeluk awal Islam, Abu Bakar  berhasil mengislamkan banyak orang yang di kemudian hari menjadi tokoh-tokoh penting dalam sejarah Islam, di antaranya adalah 'Utsman bin 'Affan yang kemudian menjadi khalifah ketiga.

Abu Bakar juga turut serta dalam berbagai perang seperti Perang Badar (624 M/2 H) dan Perang Uhud (625 M/3 H). 

Putrinya, 'Aisyah menceritakan bagaimana saat-saat menjelang ayahandanya wafat. Dia mengungkapkan bahwa ayahanda sakit saat mandi pada Senin, 7 Jumadi Tsani.

Saat itu cuaca sangat dingin. Abu Bakar mulai demam hingga 15 hari sampai tak dapat keluar rumah untuk menjadi imam salat berjemaah di masjid.

Dalam buku 10 Shahabat yang dijamin masuk surga, Abdus Sattar Asy-Syaikh menulis, selama dalam kondisi sakit, Abu Bakar meminta Umar bin Khattab untuk menggantikannya menjadi imam.

Kaena demamnya kian parah, orang-orangpun berdatangan menjenguknya. Utsman bin Affan merupakan orang yang paling banyak menemani Abu Bakar selama sakit.

Abu Bakar pun berwasiat atas seperlima hartanya.

"Aku mengambil bagian dari harta ku sebanyak bagian yang telah Allah tetapkan dari harta kaum muslimin untuk digunakan di jalan Allah. Aku lebih suka mewasiatkan seperlima harta daripada seperempatnya dan mewasiatkan seperempat harta lebih aku sukai ketimbang sepertiganya karena sepertiga tidak menyisakan apa-apa."

Tak hanya itu, dlam setiap doanya, Abu Bakar bahkan selalu meminta yang terbaik di akhir hayat hidupnya. Berikut doa yang dipanjatkan Abu Bakar:

"Ya Allah, jadikanlah saat terbaik dari usiaku pada pengujungnya, bagian terbaik dari amalku yang paling akhir, dan yang terbaik dari hari-hariku adalah hari di saat hamba menghadapmu."

Sakitnya kian parah, Abu Bakar sedang berjuang menghadapi sakaratul maut. Aisyah yang datang berkunjung pun mengungkapkan situasi itu dengan melantunkan sebait syair.

Mendengar itu, Abu Bakar langsung membuka matanya dan berkata, "bukan begitu, akan tetapi hendaknya engkau mengucapkan, dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya itulah yang dahulu hendak kamu hindari."

Lalu Abu Bakar bertanya pada sang putri, berapa lembar kain yang kalian gunakan untuk mengkafani Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. 

Aisyah menjawa 3 helai kain putih tanpa gamis dan tanpa penutup kepala. Lalu Abu Bakar bertanya lagi, pada hari apa Rasulullah wafat? Lalu Aisyah menjawab, hari Senin. Abu Bakar berkata, "Saya kira saya akan meninggal di rentang waktu dari sekarang sampai nanti malam."

Lalu mata Abu Bakar tertumpu pada kain putih yang biasa digunakan untuk menyelimutinya. Ada bekas minyak za'faron di sana. 

Abu Bakar pun meminta Aisyah untuk mencucinya agar digunakan sebagai salah satu kain kafan. Kini tinggal menambahkan dua helai kain lagi.

Namun Aisyah pun berkata bahwa kain tersebut telah usang. Jawab Abu Bakar, "orang yang masih hidup lebih berhak atas pakaian baru daripada orang mati sejatinya kain itu akan habis dimakan ulat."

Abu Bakar pun menghadap Allah SWT pada Selasa sore, 8 Jumadil Akhir 13 H, yang kemudian dimakamkan Rabu pagi. Beliau wafat di usia 63 tahun.

Abu Bakar sempat berwasiat agar jasadnya dimandikan oleh Asma binti Umais dibantu Abdurrahman bin Abu Bakar dan dimakamkan di samping Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.




Abdullah bin Abu QuhafahAbu Bakar Ash-ShiddiqAbu BakarKisah Abu BakarAbu Bakar menjelang wafat

Share to: