Jurnalrisa Sejarah Kemerdekaan: Kisah Perjuangan Rawa Gede Karawang

Jurnalrisa Sejarah Kemerdekaan: Kisah Perjuangan Rawa Gede Karawang

Jurnalrisa Sejarah Kemerdekaan: Kisah Perjuangan Rawa Gede Karawang

Jurnalrisa Sejarah Kemerdekaan (Foto: YouTube)


Risa Saraswati kembali konten-konten mistis bersejarah lewat Channel YouTubenya. Dalam video terbarunya diunggah 11 Agutus 2020, Risa menelusuri kisah kelam perjuangan di Rawa Gede Karawang gaes dan mengulik kisah sejarah kemerdekaan dibaliknya.

BACA JUGA: Jurnalrisa Kebun Teh Malabar, Spesial Hari Merdeka Telusuri Makam Tuan Boscha

Kota ini menarik bagi Risa, karena punya semboyan "Karawang Pangkal Perjuangan". Kota ini juga menjadi saksi kelam perjuangan rakyat Indonesia melawan para penjajah. 

Gak mau sembarangan, Risa dan timpun mencari informasi langsung melalui narasumber yang lebih mengetahui kisah-kisah sejarah yang berkaitan dengan monumen perjuangan Rawa Gede, Karawang.

Awal Mula Julukan "Karawang Pangkal Perjuangan"

Pada masa penjajahan Karawang dikenal sebagai pangkal kota yang menghubungkan perjuangan berbagai daerah. Saat itu, komunikasi dari berbagai daerah seperti Bekasi, Hisbuloh, Humacangcitan berpusat di Rawa Gede. Sampai pada akhirnya Bung Karno diculik ke Rengasdengklok. 

Hal itulah cara rakyat mengawal sekaligus mempertahankan kemerdeakaan negara Indonesia. Dari situlah awal mula Karawang disebut sebagai pangkal perjuangan.

BACA JUGA: Penelusuran Jurnalrisa di Lembang, Abi Dapat Ancaman sampai Leluhur Risa Saraswati Turun Tangan Gaes!

Kejadian Tragis di Rawa Gede

Rawa Gede ternyata menyimpan kisah tragis. Pada jaman dahulu, di sana pernah terjadi pembantaian yang memakan korban sampai 431 warga sipil. Saat itu, mereka dibantai oleh tentara-tentara Belanda. 

Sebelum pembantaian itu terjadi, para tentara Belanda mencari seorang buronan bernama Pak Lukas yang saat itu menghancurkan strategi Belanda. Warga Rawa Gede pun berusaha untuk melindungi Pak Lukas di Rawa Gede. semua warga yang ditanya oleh tentara Belanda tentang Pak Lukas, mereka tak menjawabnya, bahkan menjawab dengan kata "Tidak Tahu". 

Sayangnya, ada mata-mata yang membocorkan berita tersebut. Dari situlah pembantaian itu terjadi. Tentara Belanda memborbardir desa Rawa Gede sampai menewaskan 431 warga sipil. 

Kisah Pilu Adul dan Atung

Ada kisah pilu nan sedih di balik pembantaian yang terjadi di Rawa Gede. Salah satunya adalah kisah Adul dan Atung. Mereka adalah kakak beradik yang saat itu berumur belasan tahun. Saat mengetahui adanya pembantaian, mereka langsung pulang ke rumah untuk memberitahu orang tua mereka. Mereka melarang orang tua mereka membukakan pintu untuk orang Belanda yang mengetuk.

Benar saja, tak berapa lama setelah itu ada orang belanda yang mengetuk rumah mereka. Tak ada yang membukakan pintu sesuai dengan apa yang diminta Adul dan Atung. Tentara Belanda pun langsung membakar rumah itu. 

Sampai mau habis terbakar, orang tua Adul dan Atung pun mencari cara agar mereka tak ikut terbakar. Akhirnya mereka sekeluargapun berpencar untuk menyelamatkan diri. Adul dan Atung saat itu pergi bersama-sama ke arah sungai. Mereka pun tertangkap oleh tentara Belanda. 

Adul dan Atung akhirnya terbunuh oleh tentara Belanda dalam posisi berpelukan. Mayat mereka pun dibuang ke sungai. 5 hari kemudian, jasad mereka ditemukan dengan posisi yang sama, yaitu berpelukan. 

Lukisan Adul dan Atung

Untuk mengenang kembali kisah Adul dan Atung tersebut, seseorang pun melukiskan  ilustrasi yang menggambarkan Adul dan Atung. Gak cuma itu, ada patung juga yang mengabadikan kisah pilu Adul dan Atung. Kedua karya ini ditaruh di Museum Rawa Gede.

BACA JUGA: Jurnalrisa Terbaru, Penelusuran Rumah yang Diserbu Hantu karena Menebang Pohon




Jurnalrisa Sejarah KemerdekaanJurnal Risa kupas tuntas sejarah Rawa GedeJurnal Risa ke Rawa GedeJurnal Risa Edisi Rawa GedeJurnal Risa tema sejarah kemerdekaan RI#JurnalRisa cerita sejarah

Share to: