Berikut sejumlah fakta dari misteri yang bikin merinding dari Masalembo yang disebut-sebut sebagai Segitiga Bermuda dari Indonesia.
Telan ratusan korban jiwa, benarkah ini menjadi lokasi jatuhnya pesawat dan tenggelamnya kapal laut?
Segitiga Bermuda atau Bermuda Triangle adalah wilayah yang didefinisikan secara longgar di bagian barat Samudra Atlantik Utara. Banyak yang mengatakan bahwa tempat ini menjadi lokasi menghilangnya sejumlah pesawat dan kapal secara misterius.
Baca Juga: Biodata Mulyadi Tamzir, Lengkap Umur dan Agama, Mantan Ketum HMI di Pesawat Sriwijaya Air SJ 182
Banyak yang mengatakan bahwa ada aktivitas makhluk luar angkasa hingga medan magnet yang membuat banyak kendaraan melintas masuk ke dalam segitiga tersebut.
Masalembo adalah Segitiga Bermuda Indonesia?
Nah, di Indonesia juga ada lho lokasi yang dipercaya banyak orang menjadi tempat yang sama seperti Segitiga Bermuda. Tempat tersebut bernama Masalembo.
Masalembo adalah lokasi perairan yang terletak di sekitar Pulau Masalembo di Laut Jawa bagian timur gaes. Banyak korban jiwa juga disana gaes!
Sejumlah kecelakaan kerap terjadi mulai dari pesawat hingga kapal.
Tragedi Tampomas II di Masalembo
Misteri Masalembo dimulai dari Tragedi Tampomas-II yang terjadi pada 27 Januari 1981 lalu. Kapal Motor Penumpang (KMP) Tampomas-II mengalami kecelakaan yang cukup teragis dan menjadi perbincangan hingga saat ini.
Baca Juga: Simak Nih 5 Fakta dan Mitos Sains Populer Versi Fajrul Falah TikTok, Jangan Sampai Salah
KMP Tampomas II adalah kapal penumpang milik Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) yang tenggelam di sekitar Kepulauan Masalembo. Kapal ini dinahkodai oleh Kapten Abdul Rivai.
KMP Tampomas II diketahui hendak berlayar dari Jakarta menuju Sulawesi Sabtu, 24 Januari 1981 Pukul 19.00 WIB. Perjalanan ini seharusnya memakan waktu 2 hari 2 malam di atas laut.
Sayangnya, kapal yang menampung 1442 Penumpang dan ratusan kendaraan ini menempuh perjalanan yang berat pada 25 Januari malam karena kondisi badai laut yang hebat gaes. Cuaca tersebut menyebabkan beberapa bagian mesin mengalami kebocoran bahan bakar, dan puntung rokok yang berasal dari ventilasi menyebabkan percikan api.
Kapal tersebut kemudian terbakar dan api menjalar ke kompartemen mesin karena pintu dek terbuka. Berbagai usaha pemadaman sudah dilakukan namun gagal.
Rentetan kecelakan terjadi di Masalembo setelah Tragedi Tampomas II
Pada 30 Desember 2006, kapal laut Senopati kemudian dinyatakan menghilang dan tenggelam akibat cuaca buruk di sekitar Masalembo. Dikabarkan ada 628 penumpang hilang dalam kecelakaan tersebut.
Sehari setelahnya, pesawat Adam Air PK-KKW mengalami kecelakaan di di perairan Masalembo. Tepat di awal tahun 2007, pesawat yang hendak menuju Surabaya-Manado dari Jakarta dinyatakan jatuh.
Di tahun yang sama pada 28 Agustus, black box pesawat berhasil ditemukan.
Sementara itu, pada 19 Juli 2007, kembali terjadi kecelakaan di perairan Masalembo. KM Mutiara Indah dan KM Fajar Mas tenggelam di minggu yang sama. Pada 16 Agustus 2007, KM Sumber Awal menyusul mengalami kecelakaan di Masalembo.
Alasan dijuliki Segitiga Masalembo
Selain karena rentetan kecelakaan yang terjadi di Masalembo, beberapa penelitian menyatakan bahwa ada sejumlah faktor yang membuat perairan tersebut berbahaya.
Baca Juga: Fakta Konspirasi Dibalik Segitiga Bermuda versi KUYOU Nih Gaes
Faktor pertama adalah pertemuan arus yang disebut Arus Laut Indonesia (Arlindo). Arlindo ini sangat dipengaruhi oleh cuaca dan musim.
Sementara itu, dari selat Makassar ada arus thermoklin atau aliran air laut akibat perbedaan suhu lautan. Nah, kedua arus ini bertemu di sekitar Segitiga Masalembo gaes.
Akibatnya, arus ini bida mempengaruhi pelayaran di lokasi tersbeut meskipun gerakannya gak terlalu kencang.
Ahli geologi terkemuka, Rovicky Dwi Putrohari dalam blognya geologi.co.id dengan judul "Segitiga Masalembo-The Indonesian 'Bermuda Triangle' juga mengatakan bahwa arus musiman sangat berpengaruh terhadap suhu air laut akibat pemanasan matahari.
"Itulah sebabnya pada bulan-bulan Januari yang merupakan saat perubahan arus musiman (monsoon),” tulis Rovicky dalam blognya.
Menurutnya, arus tersebut bida membawa air laut yang dingin dari Samudra Pasifik ke Samudra Indonesia dengan debit hingga 15 juta meter kubik per detik. Hampir seluruh arusnya mengalir melalui Selat Makassar. Air sebesar ini dapat berdampak pada sejumlah proses kelautan.
Selai arus, ada juga pengaruh dari angin monson. Monson adalah angin yang berembus setiap enam bulan sekali.
Angin ini terbentuk karena adanya perbedaan panas bumi utara dan bumi selatan dan berhembus setiap setengah tahun sekali dan berganti arah.
Oleh karena itu, Rovicky menyimpulkan bahwa kecelakaan yang banyak terjadi di Segitiga Masalembo terjadi karena alam atau faktor gangguan alamiah.
Share to:
Related Article
-
Fakta dan Profil Vladimir Rama, Aktor Muda Ganteng Hits di Instagram
Update|January 17, 2023 16:39:42