NFT Talk Show di TERUPA Festival, Bahas Dunia Seni dan NFT Bareng Rakajana hingga Arief Witjaksana

NFT Talk Show di TERUPA Festival, Bahas Dunia Seni dan NFT Bareng Rakajana hingga Arief Witjaksana

NFT Talk Show di TERUPA Festival, Bahas Dunia Seni dan NFT Bareng Rakajana hingga Arief Witjaksana

NFT Talk Show di TERUPA Festival Bersama Rakajana hingga Arief Witjaksana (Foto: MAJA Labs)


IICCN (Indonesia Creative Cities Network) dan MAJA Labs kembali dengan NFT Exhibition hingga talkshow yang gak kalah seru yakni Terupa Festival.

Terupa Festival adalah sebuah event dan NFT Exhibition yang diselenggarakan pada 3 hari yakni pada 5, 6 dan 7 Agustus 2022 pukul 16.00 WITA di The Ambengan Tenten, Denpasar, Bali.

Pada hari kedua, NFT Talk Show berlangsung dengan menghadirkan para ilustrator sebagai pembicara yang inspiratif dan juga edukatif. Mulai dari Rakajana, Ian Permana hingga Arief Witjaksana.

Dalam sesi yang satu ini, mereka akan membahas pengalaman sebagai ilustrator, menembus pasar seni digital hingga NFT yang kini tengah booming di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.

Baca Juga: ICCN Hadirkan VR Experience di Festival Terupa Bali, Adrian Zakhary: Perkuat Ekosistem WEB3

Penuh edukasi dan inspiratif, yuk simak pembahasan tentang dunia seni dan NFT dalam sesi NFT Talk Show di TERUPA Festival berikut ini.

 

Rakajana Yakin Semua Bisnis Tak Lepas dari Seni Digital

Melalui NFT Talk Show di TERUPA Festival, Dewa Gede Raka Jana Nuraga aka Rakajana membagikan kisahnya berkarier di dunia seni digital sejak lama. Berawal dari warnet, kini bisa menjadi CEO dan Founder HNS Stdio Bali.

Baginya, setiap karya seni tidak memiliki standar. Dia mendorong setiap orang untuk tidak terpaku dengan karya seni orang lain dan terus mengembangkan imajinasi yang kita miliki.  

"Karya itu gak ada standarnya. Karya itu kan sebenarnya visualisasi dari ide kita, dari imajinasi kita. Itu yang ingin kita ajarkan, ingin kita sharing," kata Rakajana.

Dari sana lah, keinginannya untuk konsisten memerikan edukasi kepada banyak orang terus berjalan. Melalui HNS Stdio, putra asal Bali ini memperkenalkan seni yang ia buat melalui NFT, mengadakan event hingga suarakan kepentingan seni digital yang peduli dengan lingkungan dan sosial. Bukan sekedar cuan dan FOMO gaes!

"Kita di HNS selain menawarkan jasa desain, ada juga edukasinya. Dan kegiatan terbaru di HNS adalah mengadakan lomba desain," ungkapnya.

"Tujuan kamu mengadakan lomba ini gak hanya semata-mata mendapatkan hadiah. Kami ingin teman-teman itu terpancing untuk berkarya. sehingga dengan banyaknya orang yang berkarya akan menghidupkan industri kreatif kita."

Baginya, Digital Art saat ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat seiring dengan berkembangnya teknologi digital. Menceritakan kembali kisahnya sejak tahun 2010, Rakajana mengungkapkan sulitnya mengembangkan kreativitas melalui Digital Art dari segala macam aspek.

Halangannya saat itu adalah orang tua yang masih ragu dengan masa depan seni dalam aspek finansial.

"Di desa saya banyak banget pelukis yang berbakat luar biasa. Tetapi mereka (orang tua) melihat dari segi finansialnya (dianggap kurang)," cerita Rakajana.

Meski begitu, pria yang kini berusia 30 tahun tersebut terus menunjukkan kemampuannya untuk mengembangkan seni digital melalui sosial media, kala itu sarananya adalah Facebook. Karyanya menjadi desain fashion seperti kaos.

Berbanding terbalik, kini baginya seni digital tak terpisahkan dan selalu dibutuhkan dalam lini bisnis apapun. 

Rakajana pun memberikan dukungan kepada setiap orang yang masih ragu mengambil jurusan atau pendidikan seni ditenggah banyaknya keraguan tentang aplikasinya di dunia kerja.

"Saat ini, Hampir semua semua bisnis (membutuhkan sentuhan seni digital). Pasti media promosinya sekarang harus lewat sosial media dan itu perlu yang namanya media promosi," ungkapnya.

Jangan Takut Untuk Terus Berkarya

Selaras dengan Rakajana, Ian Permana seorang ilustrator juga mengungkapkan bahwa seni digital terkadang masih dipandang sebelah mata. Meski begitu, NFT digadang-gadang menyatukan dan memperjelas manfaat serta dampak dari seni digital tersebut.

Dia bahkan mengungkapkan bahwa butuh waktu sekitar 8 tahun untuk bisa dikenal di industri tersebut. Dengan proses yang panjang itu, Ian Permana kini merasakan manfaat dari perjuangannya menjadi seorang ilustrator.

"Ternyata industri ini mulai berkembang, mulai banyak yang mencari. Apalagi ketika ada NFT, makin menambah peluang," ungkapnya.

Meski begitu, dia tetap menegaskan bahwa akan ada banyak hal yang tidak mudah diperoleh secara langsung, terlebih NFT.

Oleh karena itu, edukasi mendalam adalah salah satu hal yang sangat penting sebelum terjun langsung.

"Makanya saya suka menyarankan ke kawan-kawan yang baru mulai; udah lo mulai aja, lempar karya aja terus, gak harus NFT kok," lanjutnya.

Aplikasi Imajinasi Menjadi Karya

Arief Witjaksana, Ilustrator dan founder SUPERLATIVE SECRET SOCIETY (SSS) juga memberikan sedikit inspirasi kepada peserta NFT Talk Show di TERUPA Festival untuk bisa mengaplikasikan ide dalam imajinasi menjadi sebuah karya.

Baginya, sebuah karya seni hanya berlandaskan keberanian untuk membuat karya tanpa harus memikirkan bagus atau tidak di hasil akhirnya.

"Saya ingin berbagi dengan kalian, gambar itu gak harus bagus tapi jujur," ungkap Arief Witjaksana.

Baginya, overthinking atau banyak pikiran  dan kurangnya kepercayaan diri menjadi salah satu hal yang membuat seseorang berhenti menggambar. Padahal, menggambar memiliki banyak keuntungan. Salah satunya adalah untuk mengenal tentang diri kita sendiri.

Mengajak semua orang untuk berani berkreasi, Arief Witjaksana menyarankan setiap orang untuk bergabung dengan komunitas yang sama dan berkolaborasi untuk menciptakan sesuatu yang berharga.




ICCNMAJA LabsMetaverseTerupa FestivalThe Ambengan TentenNFTWEB3Ekshibisi NFTNFT Talk ShowRakajanaArief WitjaksanaIan Permana

Share to: