Pemilu 2024 di Indonesia agak berbeda dengan pemilu di beberapa tahun sebelumnya. Perbedaan paling terlihat adalah adanya penggunan teknologi Artificial Intelligence (AI) sebagai alat kampanye politik.
Melansir VOA, Fika Juliana Putri, seorang penjaga toko berusia 19 tahun di Jakarta Timur, mengaku akan memilih paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada pemilihan presiden dan wakil presiden pada 14 Februari mendatang.
Fika menyukai sosok Prabowo, katanya, karena dia tampak menggemaskan. “Saya pilih dia karena dia gemoy,” kata Putri, yang baru pertama kali menjadi pemilih.
Baca Juga: Generasi Z Dinilai Berperan Penting Tentukan Arah Bisnis dan Politik 2024
Taktik Prabowo Gunakan AI untuk Raih Suara Gen Z
Foto: VOA
Versi kartun dari sosok Prabowo, yang dibuat dengan bantuan kecerdasan buatan atau AI, muncul dalam sejumlah papan reklame di seluruh Nusantara. Tak hanya dalam bentuk reklame, kartun Prabowo juga diproduksi dalam bentuk kaus dan stiker dengan tagar #Prabowo yang ditonton sekitar 19 miliar kali di aplikasi TikTok.
Prabowo saat ini masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Namun di dunia maya, avatar AI-nya justru memunculkan wajah berpipi chubby dengan jari memberi isyarat membentuk hati ala Korea. Ia terlihat memeluk erat kucing kesayangannya, Bobby. Avatar tersebut dibuat untuk menarik perhatian pemilih Generasi Z, mengingat sekitar separuh dari total 205 juta pemilih di Indonesia berusia di bawah 40 tahun.
Kartun yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan ini menjadi titik fokus perubahan citra kampanye pilpres bagi Prabowo, yang saat ini berhasil memimpin sejumlah hasil jajak pendapat.
Berbeda dengan citra nasionalis yang berapi-api sebagaimana dalam dua kali pencalonan presiden sebelumnya yang tidak berhasil, pada kali ini, pria berusia 72 tahun itu memperkenalkan slogan baru, yaitu "gemoy”, sebuah ungkapan dalam bahasa gaul yang berarti lucu dan menggemaskan.
Kampanye AI di Indonesia Bisa Jadi Contoh Negara Lain
Foto: VOA
Konsultan politik Yose Rizal berencana untuk mengikuti Indonesia yang menjadikan AI sebagai alat kampanye politik di India sebelum pemilihan umum pada Mei.
“Karena Indonesia lebih dulu dari AS dan India… pemilu kali ini adalah pemanasan,” ujarnya.
Pemilu di Indonesia sedang menguji batasan dari apa yang dianggap oleh beberapa perusahaan AI sebagai kampanye politik.
Para pendukung penggunaan AI generatif dalam pemilu di Indonesia mengatakan bahwa AI telah memberikan akses kepada kandidat legislatif terhadap alat kampanye khusus yang seharusnya hanya diperuntukkan bagi kandidat utama yang memiliki anggaran lebih besar.
Penerapan AI yang berkelanjutan adalah hal yang wajar, kata Razi Thalib, yang memimpin tim digital calon presiden Anies Baswedan. “Mungkin hasil pemilu akan memberikan pembelajaran yang akan meningkatkan tingkat adopsi” di tempat lain, katanya.
Seorang penasihat Ganjar Pranowo membenarkan bahwa AI juga digunakan untuk “kampanye kreatifnya.
Kampanye Politik Menggunakan AI Efektif?
Foto: VOA
Prabowo, yang unggul 20 poin dalam jajak pendapat dan mendapat dukungan tersirat dari Presiden Joko Widodo, merupakan yang paling diuntungkan dari penggunaan AI generatif pada pemilihan kali ini. Ia memanfaatkannya untuk meningkatkan popularitasnya di kalangan Generasi Z.
Puluhan juta pemilih yang masih muda saat itu belum lahir ketika Prabowo diberhentikan dari Kopassus pada akhir 1990-an di tengah kontroversi tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, yang selalu ia bantah.
Pendukung dapat memanfaatkan aplikasi kampanye Prabowo untuk menyertakan diri mereka dalam adegan yang dibuat oleh AI, misalnya, berkeliling di hutan bersama politisi yang mengenakan pakaian safari, dan kemudian membagikannya di media sosial.
“Ada yang bilang AI tidak bagus untuk politik, tapi AI membuat orang tertarik,” kata Adriansyah, seniman berusia 25 tahun. Ia bersama istrinya, Lusi Yulistia, ditugaskan untuk membuat karya seni Midjourney karya Prabowo dan pasangannya, Gibran Rakabuming Raka.
Survei pada Januari yang dilakukan oleh lembaga survei Indikator Politik menemukan bahwa Prabowo memperoleh lebih dari 60% suara dari Gen Z. Ia juga merupakan kandidat paling populer di kalangan milenial, dengan 42% dukungan mereka.
Kelompok relawan kampanye ini meluncurkan platform AI generatif PrabowoGibran.ai pada Desember untuk membantu 15.000 relawan “pasukan siber” melacak sentimen online dan membagikan karya seni yang dihasilkan AI di media sosial.
Baca Juga: Puspenpol Sebut TikTok Jadi Referensi Isu Politik Jelang Pemilu, Bukan Lagi Twitter
Anies dan Ganjar Juga Gunakan AI Sebagai Kampanye
Foto: Istimewa
Tak hanya Prabowo, AI juga dijadikan alat kampanye politik oleh capres nomor urut 1, Anies Baswedan. Kampanye Anies pada Januari meluncurkan chatbot WhatsApp bertenaga OpenAI yang menjawab pertanyaan tentang kebijakannya.
Sementara itu, capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo juga menggunakan AI sebagai alat kampanye politik. Tim kampanye Ganjar menerapkan dasbor yang menggunakan teknologi OpenAI dan menelusuri data online untuk memprediksi pokok pembicaraan dan memberikan peringatan media sosial secara real-time mengenai kandidat tersebut, kata penasihat Andi Widjajanto.
Share to:
Related Article
-
Panglima TNI Yudo Margono Resmi Pensiun
TNI|November 15, 2023 11:07:45