Tumurun Museum kembali menghadirkan pameran terbaru mereka. Kali ini, museum yang berada di Kota Solo, Jawa Tengah ini menggandeng seniman Albert Yonathan untuk berpameran tunggal.
Adapun pameran tunggal Albert Yonathan tersebut bertajuk “Transitory Nature of Earthly Joy”. Judul ini diambil dari salah satu karya yang pernah dipamerkan, yang berfokus pada gagasan tentang transisi, transformasi, ketidakkekalan, dan materialitas tanah liat.
Baca Juga: Gandeng Seniman Muda, It's Ready Space Hadirkan Pameran 'UNDISCLOSED DESIRES' di Yogyakarta
Di pameran ini, Albert Yonathan akan menampilkan 12 karya baru yang terdiri dari 9 karya sebagai sebuah set instalasi yang terbuat dari tanah liat mentah, tanah kompos, benih, tanaman, dan bahan organik lainnya; dan 3 karya instalasi keramik (terakota).
Berawal dari Eksperimen Menanam Benih
Albert Yonathan berceita bahwa proyek ini sendiri dimulai pada tahun 2016 ketika Setyawan mulai bereksperimen dengan menanam benih di dalam tanah liat mentah yang belum dibakar dengan menambahkan tanah kompos dan bahan organik lainnya.
Meski tidak dalam kondisi alamiahnya, beberapa benih bertunas dan tumbuh besar sehingga mengubah bentuk obyek. Setyawan terkagum dengan hasil yang tidak dapat diprediksi ini. Hal ini juga bisa menjadi cerminan dari ketegangan yang dialami banyak seniman mono-material dalam berinteraksi dengan medium mereka.
Karya yang Terinspirasi dari Proses Kremasi
Beberapa karya yang dipamerkan Albert Yonathan adalah replika guci abu yang terinspirasi proses kremasi sang ibu yang telah meninggal dunia tahun 2003 lalu.
"Waktu ibu saya meninggal, ia di kremasi, waktu saya mengerjakan proyek itu, saya mengambil kisah kremasi ibu saya, proses saya berkarya itu mencari jawaban. Selalu pengalaman itu membuat saya bertanya-tanya akan sesuatu yang ada di balik kasat mata ini," ungkap Albert Yonathan ketika pembukaan pameran "Transitory Nature of Earthly Joy", di Teater Tumurun, Solo, Jumat (7/6).
Albert memilih benda-benda tersebut karena mereka melambangkan kepercayaan akan akhirat. Benda-benda yang biasanya dibuat agar tahan lama ini pada umumnya diyakini mewakili hubungan antara dunia kita dan dunia nenek moyang atau roh.
"Berkesenian buat saya itu proses refeleksi mencari makna, saya berpikir filososif, saya bertanya tentang konsep-konsep kehidupan, kematian. Kenapa saya mengambil guci abu, saya mau proyek ini bersifat personal bagi saya, ketika ibu saya meninggal dikremasi kemudian abunya di taruh di dalam guci," kata Albert Yonathan.
Di karya ini, mereka disandingkan dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak akan bertahan lama dan yang akan terus berubah seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu judulnya “Transitory Nature of Earthly Joy”.
Pameran ini merupakan bentuk refleksi puitis tentang hakikat keberadaan manusia melalui eksplorasi materialitas tanah liat.
Nah, bagi kamu yang penasaran dengan karya-karya buatan Albert Yonathan, kamu bisa mendatangi Tumurun Museum yang berada di Jl. Kebangkitan Nasional No. 2, Surakarta, Indonesia.
Baca Juga: Sakato Gandeng 21 Perupa Muda Gelar Pameran 'MINISPHERE' di Getback Parlour
Adapun pameran "Transitory Nature of Earthly Joy" akan hadir selama enam bulan ke depan, mulai dari 8 Juni 2024 sampai 12 Januari 2025.
Share to:
Related Article
-
Biodata Ulin Yusron, Lengkap Umur dan Agama, Influencer yang Jadi Komisaris ITDC
Update|November 04, 2020 00:13:30