Kabar meninggalnya Kim Saeron pada usia 25 tahun mengguncang dunia hiburan Korea Selatan. Kematian aktris muda ini menyoroti masalah besar terkait stigma sosial dan pengucilan yang dihadapi banyak individu di masyarakat.
Dalam menghadapi berita tragis ini, Dr. Na Jongho, seorang profesor dari Departemen Psikiatri Universitas Yale, menyampaikan belasungkawa dan memberikan pandangannya yang mendalam mengenai kondisi sosial yang mungkin telah berperan dalam kematian Kim Saeron.
Pada tanggal 17, Profesor Na berbagi pendapatnya melalui laman Facebook, menyampaikan keprihatinannya mengenai bagaimana masyarakat cenderung mengabaikan dan mengkritik individu yang telah melakukan kesalahan, tanpa memberi mereka kesempatan untuk memperbaiki diri.
Menurutnya, masyarakat yang tidak memberi kesempatan untuk menebus kesalahan dan justru mengucilkan individu yang telah jatuh ke dalam kesalahan adalah masyarakat yang tidak sehat.
BACA JUGA : Agnez Mo Disentil Ahmad Dhani & Piyu Soal Royalti: Siapa yang Serakah?
Ia bahkan membandingkan dinamika ini dengan permainan dalam serial populer "Squid Game", yang menggambarkan masyarakat sebagai sebuah arena yang penuh dengan tekanan dan ketidakpedulian terhadap nasib individu.
"Meskipun mengemudi dalam keadaan mabuk merupakan pelanggaran yang sangat serius, masyarakat yang mengucilkan seseorang tanpa memberi mereka kesempatan untuk menebus kesalahan jelas bukan masyarakat yang sehat.
Cara masyarakat kita mengabaikan dan mengkritik mereka yang telah melakukan kesalahan, seolah-olah mereka tidak layak mendapatkan kesempatan kedua, itu seperti permainan di 'Squid Game'," tulis Na Jongho dalam unggahannya.
Profesor Na Jongho juga menyoroti bahwa kematian Kim Saeron mungkin merupakan hasil dari tekanan sosial yang sangat berat.
Dalam unggahannya, Na menggambarkan bagaimana ia merasa ada tanda-tanda bahwa Kim Saeron "didorong ke tepi jurang" oleh masyarakat, yang semakin membebani mentalnya dengan berbagai bentuk penolakan dan stigma.
"Aku memiliki firasat kuat bahwa kematian Kim Saeron adalah kematian yang didorong ke tepi jurang oleh masyarakat," ujarnya. Ia merujuk pada berita terakhir yang ia lihat mengenai Kim, yang menyebutkan kesulitan keuangan yang dihadapi oleh aktris muda tersebut dan pekerjaan paruh waktunya untuk bertahan hidup.
Sebagai tambahan, Na mengingatkan bahwa Kim Saeron tidak hanya diserang di dunia maya, tetapi juga di kehidupan nyata, termasuk di tempat kerja paruh waktunya.
Menurutnya, ia melihat bagaimana Kim menjadi sasaran komentar jahat, yang semakin memperburuk kondisinya. "Aku ingat melihatnya disiksa oleh segala macam komentar jahat, tidak hanya di Internet, tetapi juga di kafe tempat ia bekerja," kata Na, menyoroti betapa buruknya situasi sosial yang dihadapi Kim.
Profesor Na kemudian menanyakan pertanyaan yang penuh perenungan: Berapa banyak lagi nyawa yang harus hilang sebelum kita berhenti menciptakan lingkungan yang penuh dengan rasa malu yang merusak dan memaksa orang untuk terus terperangkap dalam stigma sosial tanpa memberi mereka kesempatan untuk berubah?
Ia menyerukan perlunya dialog sosial yang lebih terbuka dan refleksi mengenai cara kita memperlakukan individu yang telah melakukan kesalahan, sekaligus menekankan bahwa perlu ada ruang bagi mereka untuk "bernapas" dan memperbaiki hidup mereka.
Kematian Kim Saeron, yang terbilang sangat tragis, telah memicu diskusi penting mengenai masalah kesehatan mental dan perlakuan terhadap selebritas dan individu publik lainnya yang sering kali menjadi sasaran kritik keras dari masyarakat.
Dalam banyak kasus, tekanan sosial, komentar negatif di dunia maya, dan pengucilan publik dapat menyebabkan dampak psikologis yang sangat berat bagi individu yang terlibat. Kim Saeron sendiri telah menghadapi berbagai masalah sejak kejadian mengemudi dalam keadaan mabuk, yang mengakibatkan banyak kritik tajam terhadapnya.
BACA JUGA : Sandra Dewi Ungkap Kesedihan: "Ambil Semua Harta, Asalkan Anak Saya Baik-Baik Saja
Berita tentang kesulitan finansial yang ia alami dan pekerjaan paruh waktunya menjadi gambaran nyata betapa beratnya kehidupan yang dijalaninya pasca-insiden tersebut.
Profesor Na menegaskan bahwa sudah saatnya untuk melakukan refleksi sosial yang lebih dalam. Masyarakat harus lebih bijaksana dalam memberikan ruang bagi orang-orang yang telah berbuat kesalahan untuk memperbaiki diri, alih-alih terus-menerus menekannya dengan stigma dan komentar pedas.
Hal ini menjadi seruan penting untuk perubahan budaya sosial yang lebih mendukung dan lebih peduli terhadap kesejahteraan mental individu, terutama bagi mereka yang berada di bawah sorotan publik.
Kematian Kim Saeron seharusnya menjadi titik balik bagi masyarakat untuk melihat lebih jauh dan lebih dalam mengenai dampak dari kebijakan sosial yang tidak peduli terhadap kesehatan mental dan emosional seseorang. Ketika seseorang jatuh, kita seharusnya memberikan mereka kesempatan untuk bangkit, bukan menghakimi mereka tanpa henti. Waktu untuk dialog dan refleksi sosial sudah tiba.
Share to:
Related Article
-
Sinopsis dan Daftar Pemain Drama Korea Extraordinary You, Tayang Setiap Hari di NET TV
Update|July 25, 2021 10:05:00