Presien Amerika Serikat, Donald Trump memang kerap membuat kontroversi sejak awal kepemimpinannya. Seperti belum lama ini, Trump menggelar kampanye di Tulsa, Oklahoma yang juga berujung kontroversial. Pasalnya, kampanye itu digelar di ruangan yang dapat menampung puluhan ribu orang, namun hanya dihadiri oleh 6 ribu orang saja, atau sepertiga dari kapasitas arena kampanye.
Sebelumnya, Trump sempat menampakkan kegembiraannya karena tingginya volume permintaan tiket untuk kampanye. Hal itu diungkapkannya melalui Twitter.
"Hampir Satu Juta orang meminta tiket untuk Kampanye Malam Minggu di Tulsa, Oklahoma!" tulis Trump dalam Twitter resmi miliknya pada 15 Juni.
Namun dari foto-foto yang beredar di media sosial, acara itu tidak sebombastis yang dijanjikan pihak Trump. Banyak sekali kursi kosong di BOK Center, lokasi tempat kampanye Trump yang berkapasitas 19 ribu orang.
Belakangan ini terungkap ternyata acara kampanye Trump itu sepi berkat prank yang dilakukan penggemar K-Pop dan pengguna TikTok di seluruh dunia. Mereka mengaku telah mendaftarkan ratusan ribu tiket untuk acara itu namun lalu tidak hadir, sehingga dikira pihak Trump banyak sekali warga AS yang antusias dengan pencalonan dirinya untuk periode kedua.
Lantas bagaimana cara para K-Popers dan Tiktokers dari seluruh dunia mengelabui Trump tanpa ketahuan sebelumnya?Inside the arena for President Trump’s rally in Tulsa. pic.twitter.com/ioCzsX29AB
— Jeff Mason (@jeffmason1) June 20, 2020
Seorang YouTuber Elijah Daniel yang ikut berpartisipasi dalam prank tersebut mengungkap bahwa ajakan prang itu berawal dari platform TikTok. Dalam platform itu, akun tim kampanye Trump menawarkan pendukungnya untuk mendaftarkan diri secara gratis dan hadir mendengarkannya.
Tren itu berhasil berada di bawah radar, sebab pengguna TikTok dan penggemar K-Pop memiliki aliansi yang baik, di mana mereka dapat menyebarkan informasi satu sama lain dengan sangat cepat. Selain itu, mereka juga pandai menggunakan algoritma TikTok dari pengalaman aksi prank lain sebelumnya.
"Mereka semua tahu algoritma dan bagaimana mereka dapat meningkatkan video untuk mencapai yang mereka inginkan," jelasnya.
Salah satu cara efektif yang mereka gunakan adalah dengan mengunggah ajakan itu dan menghapusnya dalam kurun waktu 24 jam sampai 48 jam.
"Mayoritas akun yang membuat memposting ajakan itu, langsung menghapusnya dalam sehari karena tidak ingin tim kampanye Trump mengetahui rencana kami. Anak-anak ini cerdas dan mereka memikirkan segalanya,” ungkap Daniel.
Setelah mengetahui penyebab sepinya reli Trump di Tulsa, banyak warganet justru mengapresiasi ulah para TikTokers dan K-Popers. Salah satunya adalah Steven Schmidt, seorang ahli strategi bagi Partai Republik, yang mencuitkan, "Para remaja Amerika telah mengalahkan @realDonaldTrump dengan telak. Mereka memesan tiket ke acara ini, membuat orang-orang bodoh dalam kampanye itu sombong atas satu juta tiket yang terpesan."Trump desperately wanted a riot in Tulsa. He got a laugh riot instead.#EveryonesLaughingAtYouDonald pic.twitter.com/4GQNoz9Q9W
— audiomagnate🔊 (@audiomagnate) June 21, 2020
Namun kepala tim kampanye Trump, Brad Parscale, menilai prank itu tidak mengalahkan pihaknya. "Mendaftar diri berarti kalian sudah mengisi informasi dengan nomor ponsel dan kami terus-menerus memblokir nomor palsu," katanya.
Selain dicemooh atas sepinya reli itu, pihak Trump juga dikritik sebab tidak mewajibkan para pendukungnya untuk menggunakan masker serta tidak menerapkan aturan physical distancing. Hal itu dinilai mengejutkan lantaran setidaknya enam staff dari tim kampanye Trump yang mengatur jalannya reli di Tulsa, kini telah dites positif Covid-19.
Share to:
Related Article
-
Keren Banget, Vans x NatGeo Kolab Sneakers Berkonsep Alam Nih Gaes! Ini Penampakannya
Viral|May 28, 2020 09:25:00