Legenda Gunung Tangkuban Perahu versi Nadia Omara, Ada Fakta Tersembunyi

Legenda Gunung Tangkuban Perahu versi Nadia Omara, Ada Fakta Tersembunyi

Legenda Gunung Tangkuban Perahu versi Nadia Omara, Ada Fakta Tersembunyi

Potret Nadia Omara dalam YouTube Video Legenda Tangkuban Perahu (Foto: YouTube Nadia Omara)


Siapa yang pernah mendengar legenda Gunung Tangkuban Perahu? Ternyata legenda dalam Tangkuban perahu itu punya kesesuaian dengan fakta geologi lho gaes. 

Nadia Omara pun mengungkapkan legenda Tangkuban Perahu yang dikenal di masyarakat. Ternyata ada beberapa fakta menarik soal legenda tersebut gaes. 

Simak yuk legenda Gunung Tangkuban Perahu Versi Nadia Omara dengan beragam fakta yang tersembunyi di baliknya. 

Legenda Gunung Tangkuban Perahu

Perlu diketahui gaes, legenda Gunung Tangkuban perahu ini berawal dari sepasang dewa dan dewi yang dihukum dan diusir dari khayangan karena melakukan kesalahan. Mereka pun diubah menjadi Celeng Wayung Hyang dan anjing bernama Tumang. 

Suatu ketika ada seorang raja yang sedang berburu buang air kecil dan ditampung dalam sebuah batok kelapa. Secara tak sengaja, babi hutan yang merupakan dewi dari khayangan itu pun meminumnya. Karena hal itu ia pun hamil dan melahirkan anak perempuan cantik bernama Dayang Sumbi. Anak itupun ditemukan oleh raja tadi dan dibawa ke istana. 

Anak yang tumbuh besar menjadi gadis cantik itu ternyata banyak diperebutkan oleh para bangsawan. Namun, tak satupun yang berhasil menarik perhatiannya. Ia pun memutuskan untuk mengasingkan diri di sebuah gubuk yang terletak di tengah hutan dengan seekor anjing bernama Tumang. Tumang inilah yang merupakan dewa asal khayangan yang dikutuk dan turun ke bumi. 

Suatu ketika, Dayang Sumbi yang tengah menenun kehilangan sebuah benangnya. Ia pun berjanji untuk menikahi siapapun yang menemukan benang itu, jika perempuan akan ia jadikan saudara, namun jika laki-laki ia akan menikahinya. Ternyata yang menemukan benang itu adalah si Tumang, anjingnya. 

Akhirnya ia pun menikah dengan Tumang dan memiliki seorang anak laki-laki bernama Sangkuriang. Sangkuriang pun tumbuh menjadi pemuda gagah berani. 

Suatu ketika Dayang Sumbi tengah mengidamkan makan hati menjangan (rusa), maka ia memerintahkan Sangkuriang ditemani si Tumang untuk berburu ke hutan. Setelah sekian lama Sangkuriang berburu, tetapi tak kunjung mendapatkan hewan buruan. Hingga akhirnya Sangkuriang melihat seekor babi hutan yang gemuk melarikan diri. Sangkuriang menyuruh si Tumang untuk mengejar babi hutan yang ternyata adalah Celeng Wayung Hyang. Karena si Tumang mengenali Celeng Wayung Hyang, yang adalah nenek dari Sangkuriang sendiri, maka si Tumang nggak mau menuruti perintah itu. Saking kesalnya Sangkuriang kemudian menakut-nakuti si Tumang dengan panah, akan tetapi secara tak sengaja anak panahnya terlepas dan si Tumang terbunuh tertusuk oleh anak panah dan mati. Ia pun menyembelih tubuh si Tumah dan mengambil hatinya. Ia kemudian memberikan hati tersebut kepada Dayang Sumbi. 

Setelah Dayang Sumbi tahu kalau ahwa yang dimakannya adalah hati si Tumang, suaminya sendiri, maka kemarahannya pun meledak. Ia kemudian memukul kepala Sangkuriang menggunakan centong (sendok nasi) yang terbuat dari tempurung kelapa sehingga terluka. Sangkuriang pun pergi mengembara. 

Saat keduanya bertemu, Sangkuriang yang tumbuh menjadi gagah pun jatuh cinta kepada dayang sumbi. Mengetahui bahwa Sangkuriang yang juga dicintainya adalah anaknya sendiri, ia pun menolah ajakan Sangkuriang untuk menikah. Ia kemudian membuat syarat yang mustahil agar Sangkuriang tak berhasil menikahinya. Ia meminta Sangkuriang membuatkan perahu dan telaga (danau) dalam waktu semalam dengan membendung aliran Sungai Citarum. Sangkuriang menyanggupinya.

Sangkuriang pun membuat perahu dari sebuah pohon besar yang tumbuh di sebelah timur; yang kemudian tunggul atau pangkal pohon itu berubah menjadi gunung yang bernama Bukit Tunggul. Rantingnya, ditumpukkan di sebelah barat dan kelak menjadi Gunung Burangrang.

Fakta kesesuaian legenda dengan fakta geologi

Legenda ini sesuai dengan fakta geologi lho. Penelitian geologis mutakhir menunjukkan bahwa sisa-sisa danau purba sudah berumur 125 ribu tahun. Danau tersebut mengering lk. 16.000 tahun yang lalu.

Perlu diketahui gaes, sudah terjadi dua letusan Gunung Sunda purba dengan tipe letusan Plinian masing-masing sekitar 105.000 dan 55.000-50.000 tahun yang lalu. Letusan plinian kedua telah meruntuhkan kaldera Gunung Sunda purba sehingga menciptakan Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang (disebut juga Gunung Sunda), dan Gunung Bukit Tunggul.

Nah itu dia gaes legenda Gunung Tangkuban Perahu versi Nadia Omara dengan fakta yang tersembunyi di baliknya. 




Nadia OmaraYouTube nadia OmaraLegenda Gunung Tangguban PerahuFakta tersembunyi versi Nadia OmaraYouTuber Nadia Omara

Share to: