Badak Jawa di Ujung Kulon Terancam Punah, Auriga Nusantara Sebut Adanya Salah kaprah dalam Pengelolaan

Badak Jawa di Ujung Kulon Terancam Punah, Auriga Nusantara Sebut Adanya Salah kaprah dalam Pengelolaan

Badak Jawa di Ujung Kulon Terancam Punah, Auriga Nusantara Sebut Adanya Salah kaprah dalam Pengelolaan

Auriga Nusantara Konferensi Pers (Foto: YouTube Auriga Nusantara)


Auriga Nusantara menggelar konferensi pers usai temuan investigasi mereka yang menyebut bahwa Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon terancam punah.

Dalam konferensi pers tersebut, Auriga Nusantara menyebutkan bahwa adanya salah kaprah dalam pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon terhadap konservasi Badak Jawa.

Baca Juga: Biodata Panji Petualang, Lengkap Umur dan Agama, Sosok Penyayang Binatang yang Viral

Konferensi Pers Hasil Investigasi Auriga Nusantara

Auriga mendapati informasi bahwa 18 individu badak Jawa tidak terekam kamera deteksi pada 2021. Dua di antaranya ditemukan mati pada tahun yang sama. Pada tahun sebelumnya, 16 individu juga tidak ditemukan kehadirannya dan terjadi 1 kematian Badak Jawa.

Hingga saat ini, ada 15 badak Jawa yang diduga hilang dan 7 di antaranya adalah betina. Kehilangan betina dengan jumlah besar pada populasi yang kecil adalah kabar buruk bagi regenerasi. Selain itu ancaman perburuan badak Jawa diduga menjadi penyebab tidak terdeteksinya 15 badak Jawa itu.

Untuk itu, Auriga Nusantara selaku lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan, melakukan investigasi mengenai kabar bahwa Badak Jawa di Ujung Kulon yang terancam punah tersebut.

Rizski Is Hardianto, peneliti Auriga Nusantara mengatakan bahwa banyak Badak Jawa betina dan anakan di Taman Nasional Ujung Kulon mati dalam rentan tahun 2012 hingga 2021. Hal ini menjadi tanda bahaya untuk populasi Badak Jawa, karena Badak Jawa betina dan anakan itu menjadi andalan untuk memperbanyak populasi Badak Jawa di Ujung Kulon.

"Sejak 2012-2021, setidaknya ada 11 individu Badak Jawa yang ditemukan mati, dan banyak kematian betina dan anakan itu seharusnya menjadi sinyal tanda bahaya bagi populasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Karena betina dan anakan itu yang akan menjadi andalan untuk memperbanyak individu-individu baru yang ada di  Ujung Kulon," ucap Rizski dalam konferensi pers Auriga Nusantara Selasa, (11/04).

Salah Kaprah dalam Pengelolaan Saat Ini

Timer Manurung, Ketua Auriga Nusantara menjabarkan beberapa poin yang menunjukkan bahwa pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon terhadap Badak Jawa sedang salah arah atau salah kaprah, diantaranya adalah:

1. Anggaran Taman Nasional Ujung Kulon tidak mencerminkan prioritas badak. Hampir separuhnya diperuntukan untuk pembangunan Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA), yang menurut Auriga itu tidak perlu.

2. Penempatan staf Balai TN Ujung Kulon tidak mencerminkan prioritas konservasi badak.

3. Penambahan habitat tidak dilaksanakan secara serius, Auriga menyayangkan semestinya Pemerintah sudah menujuk area baru untuk habitat Badak Jawa. Dan mestinya JRSCA itu dibangun di tempat yang baru, bukan di Ujung Kulon. Karena tidak perlu lagi ada suaka dalam taman nasional, hal ini yang menunjukkan adanya salah kaprah dalam pengelolaan saat ini.

4. Kemudian yang terakhir, Auriga menemukan bahwa Kepala Balai TN Ujung Kulon saat ini lemah. Maka dari itu, ke depannya penunjukkan Kepala Balai TN Ujung Kulon harus melalui fit and proper test oleh Pemerintah Daerah dan DPRD.

Badak Jawa di Ujung Kulon Terancam Punah

Timer Manurung juga menujukkan dinamika populasi Badak Jawa di TN Ujung Kulon sejak 1937, yang menurutnya memang mengalami peningkatan. Namun, sejak tahun 2020 populasi Badak Jawa di Ujung Kolon mengalami penurunan. Jika hal itu dibiarkan maka Badak Jawa bisa punah di TN Ujung Kulon.

"Kalo kita lihat sejak pendataan pertama, itu naik sebenarnya, nah tiga tahun terakhir sejak 2020 yang menjadi catatan serius kita jika tidak kita selesaikan apalagi perburuan dan penyakit maka bisa jadi wipe out atau tiba-tiba kita kehilangan Badak Jawa, seperti  kejadian di Taman Nasional Kerinci Seblat, hutannya bagus badaknya hilang," ucap Timer.

Timer Manurung juga menegaskan bahwa Badak Jawa itu bukan milik perorangan ataupun lembaga, tetapi milik seluruh Warga Negara Indonesia yang harus dijaga bersama-sama.

"Bagaimanapun Badak Jawa itu bukan punya perorangan, bukan punya KLHK, bukan punya Taman Nasional Ujung Kulon, tapi punya kita semua sebagai Warga Negara Indonesia. Kita punya saham di negara ini, kita bayar pajak itu dipakai untuk Taman Nasional, kita punya hak untuk memastikan itu dipakai secara benar," tegas Timer.

Rekomendasi dari Auriga Nusantara

Untuk mengurangi risiko punahnya Badak Jawa di TN Ujung Kulon, Auriga Nusantara memberikan beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan, diantaranya:

1. Perbaikan secara menyeluruh proteksi Badak Jawa dan Taman Nasional Ujung Kulon, dalam hal ini meliputi sistem pengamanan, konsultasi dengan pakar hingga memaksimalkan potensi yang ada baik sosial maupun teknologi.

2. Balai Taman Nasional atau Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menghitung populasi Badak Jawa sesuai standar akademik dengan melibatkan tim pakar yang kredibel.

3. Evaluasi menyeluruh terhadap Balai Taman Nasional Ujung Kulon, meliputi kelembagaan, penganggaran dan programatik.

4. Melaksanakan secara sungguh-sungguh program penambahan habitat atau second habitat.

Baca Juga: Viral Potret Kurus Harimau di Kebun Binatang Medan, Kelaparan Hingga Makan Rumput

5. Dan mendorong serta membuka ruang riset-riset terhadap Badak Jawa.




Auriga NusantaraBadak JawaBadak Jawa Ujung KulonTaman Nasional Ujung KulonBadak Jawa Ujung Kulon terancam punah

Share to:



Modal Video 01