Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo baru-baru ini mengikuti tradisi Yaa Qowiyyu di Klaten.
Dalam tradisi Yaa Qowiyyu, Ganjar Pranowo turut membagikan kue apem yang diberikan untuk 10 ribu warga Klaten yang mengikuti acara ini.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Datangi Acara Pernikahan Warga, Langsung Diserbu Gaes!
Ganjar Pranowo Ikuti Tradisi Yaa Qowiyyu di Klaten
Puncak perayaan tradisi Sebar Apem Yaa Qowiyyu tahun 2023 digelar di Kompleks Pemakaman Ki Ageng Gribig, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten pada Jumat, 1 September 2023.
Yaa Qowiyyu merupakan tradisi yang digelar setiap bulan Sapar (tanggalan Jawa) di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah dengan dihadiri ribuan warga dari berbagai penjuru.
Ribuan warga tersebut berbondong-bondong datang untuk mendapatkan apem, kue yang terbuat dari tepung beras.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo terlihat menghadiri puncak perayaan tradisi Yaa Qowiyuu tersebut. Kehadiran Ganjar juga disambut antusias seluruh warga yang hadir di acara tersebut.
Mengenakan pakaian hitam putih, Ganjar Pranowo turut ikut membagikan kue apem yang diberikan untuk para warga di Klaten. Apem yang disiapkan di tahun 2023 ini sebanyak 6,6 ton kue apem dan diberikan kepada 10 ribu warga Klaten yang datang ke acara tersebut.
Tradisi Sebar Apem Yaa Qowiyyu ini diadakan untuk memberikan edukasi nilai kepada masyarakat untuk bersedekah antara sesama. Tradisi ini harapannya bisa rutin dilakukan setiap tahun untuk meningkatkan ekonomi warga.
Sejarah Tradisi Yaa Qowiyyu
Tradisi ini bermula ketika Ki Ageng Gribig pulang dari Tanah Suci Mekkah usai menunaikan ibadah haji, ulama besar ini membawa oleh-oleh berupa kue apem untuk dibagikan ke saudara, murid, dan tetangganya.
Namun karena oleh-oleh yang dibawa itu tidak cukup, kemudian ia meminta keluarganya membuat kue apem untuk dibagikan. Selanjutnya, sejak 1589 Masehi atau 1511 Saka, Ki Ageng Gribig selalu membagi-bagikan kue apem ke masyarakat sekitar.
Tradisi itu diwariskan ke masyarakat Jatinom untuk memasak sesuatu sebagai sedekah kepada masyarakat yang membutuhkan, hingga akhirnya tradisi ini bernama Yaa Qowiyyu.
Kata Yaa Qowiyyu diambil dari penggalan doa memohon kekuatan dalam bahasa Arab, yaa qowiyyu, yaa aziz, qowwina wal muslimiin, yaa qowiyyu warzuqna wal muslimiin.
Sedangkan kue apem yang dibagikan memiliki makna, dalam bahasa Arab yakni affum yang berarti maaf. Warga di luar Klaten seperti Boyolali, Solo, Sragen, dan Yogyakarta pun rela hadir untuk mendapatkan apem Yaa Qowiyyu.
Baca Juga: Pasangan Ganjar-Erick Unggul di Dua Survei, Perkuat Peluang Maju di Pilpres 2024?
Dalam Yaa Qowiyyu, kue apem disebar dari panggung yang berada di selatan masjid di Kompleks Pemakaman Ki Ageng Gribig. Warga mempercayai jika mendapatkan kue apem Yaqowiyu akan membawa kesejahteraan dan keberkahan.
Share to:
Related Article
-
Sejarah MRT Jakarta, Dicetus Habibie dan Digarap Jokowi-Ahok, Simak Nih
Joko Widodo|June 28, 2021 14:56:13