Dewan Pers menghadirkan Seminar Nasional Jurnalistik di The Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta Selatan pada Rabu (8/11).
Seminar Nasional yang bertajuk "Jurnalistik yang Mengancam Jurnalisme" ini digelar dalam rangkaian Anugerah Dewan Pers yang akan digelar pada Jumat, 10 November 2023.
Seminar Nasional "Jurnalistik yang Mengancam Jurnalisme" hadir dalam tiga sesi diskusi dengan bahasan serta narasumber yang berbeda-beda.
Baca Juga: Seminar Jurnalistik untuk Jurnalisme Berkualitas, Dewan Pers: Wartawan Harus Multitasking
Peran PWI hingga Tantangan Jurnalis
Dalam sesi 1 ini, Dewan Pers mengundang beberapa narasumber yang berkompeten di bidang jurnalistik, mereka adalah Hendry CH Bangun (Ketua Umum PWI), Luviana Ariyanti (Anggota Majelis Etik AJI Indonesia), Andy Budiman Gumala (CEO KG Media Kompas - Gramedia) dan Totok Suryanto (Anggota Dewan Pers). Sesi ini juga dipandu oleh Nurcholis MA Basyari sebagai moderator.
Hendy CH Bangun mengatakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) masih mengedepankan tujuan awal PWI dibentuk yakni menjaga kedaulatan Negara.
"PWI berdiri lebih dulu dari TNI dan Polri, jadi kalau bicara nasionalisme kita bisa mengklaim kita duluan. Karena keputusan kongres itu bukan mengenai jurnalistik, jurnalisme, tapi justru ikut menjaga kedaulatan negara, dan ini buat kami masih relevan," kata Hendy CH Bangun di The Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (8/11).
Sementara itu, Luviana Ariyanti membeberkan tantangan jurnalis menjalani profesi jurnalistik dalam era sekarang. Beberapa diantarannya adalah kebijkan perusahaan yang sepihak, seperti media yang berpartai hingga media yang melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan pemiliknya.
"Kebijakan perusahaan yang kadang tidak mengikutsertakan jurnalis atau sepihak, ada media yang berpartai, media yang melakukan sesuatu sesuai keinginan pemiliknya. Kedua jurnalis yang bekerja disana rentan PHK karena menyesuaikan kondisi pemiliknya," beber Luviana Ariyanti.
Jurnalistik yang Mengancam Jurnalisme
Andy Budiman Gumala mengatakan Kompas Gramedia selalu memadukan antara teknologi dengan nilai-nilai jurnalisme yang sudah ditanamkan oleh para pendiri Kompas Gramedia.
"Jadi harapan kita memadukan antara oportunity dengan falsafah nilai yang ditanamkan para pendiri kita, jangan sampai teknologinya dipakai tapi menghasilkan jurnalisme yang tidak sesuai dengan falsafah kita," kata Andy Budiman Gumala.
Sementara itu, Totok Suryanto mengucapkan entitas pers begitu rentan, karena pers yang kini mulai menjadi entitas bisnis.
"Kenapa pers begitu rentan? salah satunya adalah mereka tidak sadar diri, internal affair itu masih menjadi persoalan sehari-hari, apa itu? entitas pers. Kita selalu mengatakan idealisme pers secara berlebihan, tapi jangan lupa kita hidup di dunia industri. Ini entitas bisnis, semua hidupnya tergantung dengan bisnis, karena urusannya dengan teknologi untuk mendistribusi karya jurnalistik," ucap Totok Suryanto.
Lebih lanjut, Totok Suryanto menjelaskan salah satu bentuk jurnalistik yang mengancam jurnalisme. Salah satunya adalah berita yang dihasilkan media mainstream sekarang yang justru merujuk dari sosial media yang tidak memenuhi standar berita.
"Dari media mainstream sekarang itu sering kali merujuk pada sosial media yang tidak diproduksi memenuhi standar yang bisa memenuhi kepentingan publik," lanjut Totok Suryanto.
Share to:
Related Article
-
Fakta-fakta Unik Syarifah Istiqomah Al Qadri, Selebgram asal Tanjungpinang yang Nikahi Bule Turki Gaes
Update|February 02, 2021 14:42:15