Dalam rangka menyambut kedatangan Paus Fransiskus dan menuju Indonesia Emas 2045, Staf Khusus Presiden RI, Grace Natalie, mengadakan focus group discussion (FGD) dengan tema “Peran Perempuan Lintas Iman dalam Kampanye Dokumen Abu Dhabi.”
Acara ini berlangsung di Kompleks Istana Kepresidenan pada Selasa (3/9), dihadiri oleh delapan tokoh perempuan dari berbagai agama dan kepercayaan.
Baca Juga: Staf Khusus Presiden Grace Natalie Gelar Diskusi dengan Perempuan Lintas Iman
Grace Natalie membuka diskusi dengan menekankan pentingnya mendengar dan memahami perspektif dari berbagai kelompok. Ia berharap FGD ini menjadi awal dari diskusi yang lebih mendalam dan berkelanjutan.
“Kami ingin mendengar lebih banyak dari mbak dan ibu semua. Jika ada hal-hal yang membutuhkan diskusi lebih panjang, perjumpaan hari ini bisa menjadi awal yang dapat dilanjutkan di waktu mendatang,” ujar Grace.
Salah satu narasumber, Kalis Mardiasih, seorang aktivis dan kader Nahdlatul Ulama (NU), menyoroti masalah kekerasan berbasis gender online yang semakin marak dengan kemajuan teknologi.
Ia menyampaikan kekhawatirannya terhadap penyalahgunaan teknologi AI yang memungkinkan manipulasi foto dan video dengan mudah, menjadikan siapapun sebagai korban dalam waktu singkat.
Di ranah digital, Kalis juga menyoroti adanya akun-akun konservatif yang mempromosikan perkawinan usia dini, serta budaya layar yang meromantisasi perkawinan tersebut.
“Budaya layar kita banyak yang mempromosikan perkawinan dini dengan alasan agama, dan ironisnya, film-film semacam itu laku keras,” ungkapnya.
Pdt. Fransisca Nadia Manuputty, perwakilan Kristen dalam diskusi ini, menyoroti tantangan stereotype dan diskriminasi yang sering kali terjadi antar sesama perempuan. Ia juga menekankan pentingnya akses ekonomi bagi perempuan untuk meningkatkan kemandirian dan pemberdayaan.
Selain Kalis dan Nadia, FGD ini juga dihadiri oleh enam narasumber lainnya, yakni Widhia Seni Handayani (Buddha), Js. Ruysya Supit (Konghucu), Khotimun Sutanti (Islam), Teresia Kurnia Siweing Ros Duarmas (Katolik), Anak Agung Ayu Ari Widhyasari (Hindu), dan Is Werdiningsih (Penghayat).
Mereka semua berkontribusi dalam diskusi mengenai peran perempuan lintas iman dalam menyebarkan pesan persaudaraan dan kemanusiaan.
Diskusi ini juga mengangkat pentingnya Dokumen Abu Dhabi, sebuah dokumen bersejarah yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmed Al-Tayeb, pada 4 Februari 2019.
Dokumen ini menekankan pentingnya persaudaraan manusia internasional dan menggarisbawahi krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh hilangnya nilai-nilai akhlak keagamaan dan berkembangnya egoisme serta materialisme.
Baca Juga: Grace Natalie Diskusi Bareng Pengusaha di Jakarta, Sampaikan Aspirasi Warga Kelapa Gading
Melalui FGD ini, diharapkan para perempuan lintas iman dapat berperan aktif dalam mengkampanyekan nilai-nilai yang terkandung dalam Dokumen Abu Dhabi, serta memperkuat persaudaraan dan harmoni dalam masyarakat menuju Indonesia Emas 2045.
Share to:
Related Article
-
Fakta dan Profil Edsel Prince, rapper Cilik Peserta Indonesia's Got Talent 2022
Update|August 30, 2022 19:00:00