Art Jakarta 2024 menjadi ajang bagi para seniman untuk memamerkan karya seni mereka kepada para pecinta seni di Indonesia.
Salah satunya adalah Tisna Sanjaya yang menghadirkan karya yang bertajuk "Ganjel" di Art Jakarta 2024. Adapun karya ini menjadi kritik sosial dari seorang Tisna Sanjaya.
Baca Juga: Art Jakarta 2024 Telah Dibuka, 73 Galeri Pamerkan Karya Terbaik
Dalam instalasi tersebut, beberapa lukisan ditata di atas tiang pancang. Sebagian besar menggambarkan orang menari di atas tengkorak manusia. Sosok yang sama, yang saling menggendong itu juga berajojing di atas lanskap pegunungan kerontang. Tangannya terentang, menebarkan saweran uang.
Tiang pemancang yang membentuk pola persegi itu juga unik. Alih-alih memanteknya ke lantai, dia justru diberi pemberat buku yang dibungkus dengan karung goni. Terdapat berbagai tulisan protes di sana. Mulai dari kritik terhadap kapitalisme, hingga bagaimana kesenian mesti diaktualisasikan.
Namun, lukisan ini hanyalah satu dari bagian instalasi karya Tisna Sanjaya itu. Pokok utamanya justru berada di bagian tengah, yang terdiri dari tumpukan arsip di atas timbangan manual. Objek yang sebelumnya dilukis, kini telah menjelma karya baru di atas dokumen tersebut.
Mereka berdiri mengangkang, dengan banyak tulisan dari spidol di tubuhnya. Namun, yang jelas terimak adalah frasa Sunda berbunyi; wilujeng sumping neo orba. Sementara itu, sebuah pelantang di samping sosok ini, lamat-lamat memperdengarkan siulan sirit uncuing, burung yang dimitoskan sebagai pembawa kabar kematian.
Lewat medium karung dengan berbagai tulisan protes misalnya. Sang seniman seperti ingin mengingatkan kita mengenai pentingnya ketahanan pangan. Karung goni, yang identik dengan beras, palawija, dan yang lain, juga menjadi simbol perlawanan dari kaum jelata, atau kalangangan akar rumput.
Baca Juga: Jason Ranti X MAJA Labs di Art Jakarta 2024: Padukan Seni Kontemporer dan AR
Selain itu, buku-buku yang selama ini dijadikan bacaaan oleh sang seniman, juga dijadikan pemberat di dalam karung. Selain sebagai simbol untuk menempatkan buku sebagai kebutuhan primer, alih-alih hanya sekadar memenuhi perut dengan makanan.
Share to:
Related Article
-
Rundown Lengkap Pesta Gay Kuningan: Nyanyi Lagu Indonesia Raya, Denah Lokasi hingga Jadwal Seks!
Update|September 06, 2020 05:00:00