Deretan Jenderal TNI Penganut Agama Buddha di Indonesia

Deretan Jenderal TNI Penganut Agama Buddha di Indonesia

Deretan Jenderal TNI Penganut Agama Buddha di Indonesia

(Foto: Istimewa)


Jumlah penganut agama Buddha di Indonesia memang sedikit. Tak heran kalau penganutnya di bidang institusi negara juga sedikit. Namun di institusi militer ada beberapa jenderal beragama Buddha. Gatot Subroto dan Soemantri Mohamad Saleh diantaranya.

1. Gatot Subroto 

Oleh banyak orang Gatot dianggap seorang Muslim, namun segolongan lainnya menilai dia seorang Buddhis, karena ia dikenal sebagai pelindung agama Buddha.

“Semasa hidupnya, sebagai pelindung agama Buddha, ia tampak hadir dalam upacara-upacara keagamaan Buddha, antara lain pada upacara-upacara Waisak di stupa Borobudur. Kepada umat Buddha Semarang juga pernah dihadiahkan sebuah patung Buddha besar berlapis emas seberat satu setengah ton yang berasal dari Muangthai,” tulis Moh Omar dalam Jenderal Gatot Subroto (1976: 114). Namun, di mata Moh Omar, “Gatot Subroto adalah seorang Muslim.”

Mengenai meninggalnya, Peter Britton mencatat dalam Profesionalisme dan Ideologi Militer Indonesia (1996:180), “Dia [Gatot Subroto] meninggal di depan seorang ulama yang menasihatinya untuk membaca dua kalimat syahadat, pengakuan kepercayaan (kepada Allah SWT sebagai Tuhan dan Nabi Muhammad sebagai Rosul), dan kemudian ia meninggal dengan tenang”.

Orang yang menjadi saksi kalau Gatot adalah seorang Buddha adalah Soemantri Mohammad Saleh, bekas asistennya di militer.

“Ada sebuah kenangan yang sampai saat ini membekas dan tidak mungkin hilang dari ingatan saya mengenai Pak Gatot. Ketika menghadapi kesulitan, ia selalu bersemadi di luar rumah, di bawah pohon mangga, hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada,” aku Soemantri, seperti tercatat dalam Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1984-1985 (1985: 737). Hal itu juga dilakoni Gatot Subroto ketika menjadi Gubernur Militer Jawa Tengah.

“Pak Gatot memang suka terus-terang bahwa dirinya itu (pemeluk) Buddha,” tutur Soemantri.

2. Soemantri Mohamad Saleh

Soemantri Mohamad Saleh mengaku terpengaruh dari Gatot. “Terus terang saya terpengaruh Pak Gatot,” kata Soemantri.

Ia dinamai Soemantri karena ketika lahir ayahnya menjabat mantri polisi. Belakangan, sang ayah menjadi Jaksa Kepala di Jakarta. Latar-belakang keluarganya adalah Islam dan berasal dari Jawa, meski ayahnya pernah jadi pegawai kolonial di sekitar Jawa Barat dan Jakarta. Setidaknya, itu terlihat dari dua nama belakang Soemantri yang merupakan nama almarhum ayahnya.

Ketika Gatot menjadi Gubernur Militer di Jawa Tengah dan sering semedi di bawah pohon mangga, Soemantri belum jadi penganut Buddha. Soemantri mantap masuk Buddha, sekitar 2 tahun sebelum Gatot meninggal dunia pada 11 Juni 1962, yaitu pada 1960 saat dirinya masih berpangkat mayor.

Ia dibimbing Biksu Ashin Jinarakkhita. Setelah 10 tahun bimbingan, Soemantri mencapai taraf Maha Upasaka (pendeta).

Soemantri menjadi orang terkemuka dalam komunitas Buddha Indonesia. Soemantri menjadi Ketua Umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), yang hingga 1985 memiliki 3,5 juta pemeluk.

Namun, sitri dan anak Soemantri tetap memeluk Islam walaupun dirinya sudah menjadi pendeta Buddha. Soemantri tidak memaksakan keluarganya untuk berkeyakinan sama sepertinya.

“Saya sudah melaksanakan kerukunan kehidupan beragama,” ujar Soemantri.




Waisak 2020Jenderal-Jenderal TNI Penganut Agama Buddha

Share to: