Selain melawan rasa lapar dan haus, umat Muslim di seluruh dunia kini juga tengah melawan virus corona yang tengah mewabah.
Wabah ini datang bahkan sebelum bulan suci Ramadan tiba dan tidak dapat diprediksi dengan pasti kapan akan berhenti.
Hal ini tentu saja menjadi tantangan yang sangat besar bagi para medis dan garda terdepan penanganan COVID-19.
Seperti yang dirasakan oleh perawat asal Amerika Serikat (AS) bernama Zeenat. Selain tinggal di negara yang amyoritas warganya adalah non-Muslin, dia juga harus berjuang sebagai garda terdepan sambil berpuasa.
Dilansir dari akun Instagram Now This News, Kamis, 14 Mei 2020, Zeenat yang sudah tujuh tahun bekerja sebagai perawat di ruang ICU di sebuah rumah sakit di Los Angeles, AS, menceritakan sedikit pengalamannya berpuasa di tengah pandemi.
Dilansir dari akun Instagram Now This News, Kamis, 14 Mei 2020, Zeenat yang sudah tujuh tahun bekerja sebagai perawat di ruang ICU di sebuah rumah sakit di Los Angeles, AS, menceritakan sedikit pengalamannya berpuasa di tengah pandemi.
Dia mengatakan bahwa tempat kerjanya selalu menyediakan kurma dan air setiap bulan puasa. Dia juga bisa berbuka puasa di rumah karena jam kerjanya beakhir sebelum waktu berbuka.
"Sebelum Ramadan, biasanya kita selalu berusaha minum sesering mungkin karena memakai masker beberapa menit saja sudah membuat kita merasa haus. Sebagai perawat, kita juga sering memanfaatkan waktu luang untuk makan atau menyantap camilan, agar kondisi tubuh tetap kuat dan ternutrisi," terang Zeenat.
Namun tantangannya adalah dia harus menggunakan APD dan masker terus sebagai perlindungan diri dalam waktu yang cukup lama.
"Memang terasa berat saat awal menjalaninya, karena ini pengalaman pertama. Tapi sekarang saya sudah terbiasa menjalaninya. Bahkan, saya merasa lebih dekat dengan agama dan Tuhan saya selama berpuasa," lanjutnya.
Meski begitu, tantangan terberat baginya bukan menjalankan puasa ditengah pandemi, namun menghadapi pasien yang sekarat karena virus corona.
"Mereka hanya bisa melakukan video call atau Zoom untuk mengucapkan perpisahan pada keluarga mereka. Pernah saya mendengar suara seorang anak dari pasien perempuan yang sekarat di telepon, 'Mommy, kamu dimana, kenapa tidak pulang,' rasanya seperti mengiris hati dan air mata saya menetes, dan itu bisa terjadi pada siapa saja termasuk saya."
"Itu adalah hal terberat dalam tugas saya. Kalau ada yang meninggal saat saya bertugas, biasanya saya mendoakan mereka dan juga diri saya sendiri agar terhindar dari wabah (Covid-19) itu," sambungnya.
Share to:
Related Article
-
Paus Fransiskus Ajak Semua Agama Bersatu Lawan Corona dengan Doa dan Puasa di Ramadan Ini
Ramadan 2020|May 08, 2020 15:44:40