Pekerjaan hijau, alias green jobs, diprediksi akan semakin banyak dibutuhkan dalam berbagai industri.
Hal ini beriringan dengan pembangunan rendah karbon sesuai rencana pembangunan jangka menengah Bappenas.
Baca Juga: Generasi Z Dinilai Berperan Penting Tentukan Arah Bisnis dan Politik 2024
Dilansir VOA, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengatakan, ekonomi hijau di Indonesia akan menciptakan 4,4 juta lapangan kerja baru di tahun 2030, dengan kualifikasi pekerjaan ramah lingkungan alias green jobs.
Foto: Zero Waste Indonesia
Green jobs sendiri, menurut hasil pendefinisian Indonesia’s Green Jobs Conference 2022, adalah pekerjaan yang berkontribusi untuk melestarikan atau memulihkan lingkungan. Namun, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal pekerjaan ramah lingkungan.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Kamdani mengatakan menciptakan awareness soal green jobs menjadi tantangan dyang mendasar di Indonesia.
“Tentunya ini jadi tantangan mendasar untuk menciptakan awareness soal green jobs itu sendiri untuk mendorong sumber daya manusia mengembangkan diri dan menyiapkan skills yang dibutuhkan agar bisa memenuhi kebutuhan green jobs,” ungkapnya dikutip dari VOA, Rabu (3/1/2024)
Shinta menuturkan, setidaknya ada lima sektor yang menjadi fokus ekonomi hijau, yaitu energi baru terbarukan, pertanian, manufaktur, pariwisata dan konstruksi. Ia mengutip peta okupasi nasional green jobs yang disusun pemerintah Indonesia dan Jerman bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).
Menurut jajak pendapat Persepsi Mahasiswa terhadap Peluang dan Tantangan Pekerjaan Hijau (Green Jobs) yang dilakukan Yayasan Indonesia Cerah dan SUMA UI, sebenarnya mayoritas responden meyakini bahwa pekerjaan hijau bisa berdampak positif pada lingkungan dan masyarakat (98%) dan bahwa anak muda yang kini kebanyakan Generasi Z atau Gen Z memegang peranan penting (99%).
Foto: Freepik
Pemerhati sekaligus konsultan pendidikan Ina Liem menyadari hal itu. Ia mengatakan, Gen Z saat ini memiliki wawasan dan kepedulian lingkungan yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya berkat pendekatan berwawasan lingkungan di jenjang pendidikan dasar dan menengah, yang sayangnya tidak berlanjut hingga ke bangku pendidikan sarjana.
Ina mengatakan ada yang perlu diubah dari sistem pendidikan di Indonesia, terutama di perguruan tinggi yang tak lagi mengajarkan tentang pendidikan ramah lingkungan, tak seperti di tingkat sekolah.
“Saya amati sekolah-sekolah itu banyak sekali proyek-proyeknya justru tentang ramah lingkungan, tapi tidak berlanjut justru ke tingkat perguruan tinggi. Di perguruan tinggi itu ada lompatan (gap), mulai ada ditawarkan, tapi di jenjang S2 dan S3, kalau di jenjang S1 belum,” ungkap Ina.
Menurutnya, sedikitnya ada tiga keahlian yang harus dikuasai untuk mempersiapkan sumber daya manusia ke depan, yaitu keahlian untuk mengambil keputusan berdasarkan data (data driven), memecahkan masalah secara efektif (design thinking) serta menerapkan prinsip keberlanjutan (sustainability). Akan tetapi, ia belum melihat adanya kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia yang menyerap sekaligus ketiga keahlian utama tersebut lintas disiplin ilmu.
Meski demikian, ia mengapresiasi inisiatif pemerintah melalui program Kampus Merdeka, yang menurutnya mengakomodasi kebutuhan tersebut dengan mengizinkan mahasiswa mengambil tiga semester di luar program studi, di mana salah satu mata kuliah yang ditawarkan adalah pola pikir sustainability
Baca Juga: Festival #SerunyaBelajar TikTok, Jadikan Generasi Muda Agen Pendongkrak Kreativitas
Banyak mahasiswa dari kalangan Gen Z sebenarnya sudah melek akan lapangan kerja hijau di Indonesia. Salah satunya Farahvicka Maulida, mahasiswi jurusan arsitektur di salah satu perguruan tinggi di Surabaya, berharap dunia industri mau memberikan pelatihan mengenai pekerjaan hijau kepada tenaga kerjanya.
Ia sendiri tertarik untuk bergabung dengan biro arsitektur yang memiliki fokus pada aspek sustainability setelah lulus nanti.
“Untuk berkembangnya sektor sustainability dalam pekerjaan yang akan terus meningkat di tahun-tahun ke depannya, menurut saya perlu adanya suatu standardisasi agar tenaga-tenaga kerja tersebut bisa disebut pantas untuk bekerja di sektor green jobs sendiri,” ujarnya.
Studi Yayasan Indonesia Cerah dan SUMA UI menemukan bahwa 80 persen responden menyarankan agar isu pengembangan pekerjaan hijau perlu jadi prioritas kebijakan politik di Indonesia dan 90 persen responden meminta perguruan tinggi mengadopsi kurikulum yang berkaitan dengan krisis iklim dan pekerjaan hijau.
Share to:
Related Article
-
5 Perlengkapan Bayi Termahal di Dunia, Handuk sampai Empeng
Update|January 02, 2021 21:00:00