Getback Parlour kembali menggelar pameran seni mereka yang ke-7 kali. Kali ini, Getback Parlour berkolaborasi dengan Harust Project untuk menghadirkan pameran seni.
Adapun pameran seni ini bertajuk 'RE-AF(L)EKSI' yang digelar mulai 13 Januari hingga 16 Maret 2024 di Getback Parlour yang berada di Dutamas ITC Fatmawati, Jakarta Selatan.
Dalam pameran 'RE-AF(L)EKSI' ini, Getback Parlour dan Harust Project mengajak delapan mahasiswa asal Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI) untuk memamerkan hasil karya seni mereka yang memiliki tema utama refleksi.
Baca Juga: Rakajana Hadirkan Karya Seni "Deep Sea" di Pameran REVEALS, Terinspirasi dari Kisah Cinta Sendiri
Tentang Pameran 'RE-AF(L)EKSI'
Foto: Kuyou
Pameran 'RE-AF(L)EKSI' telah dibuka pada Sabtu (13/1/2024) di Getback Parlour. Dan dr. Tiko Wijayantya membuka pemaren ini.
Tiko Wijayantya mengatakan pameran ini menjadi alternatif bagi para pecinta seni untuk bisa melihat karya seni yang berbeda. Dirinya juga memuji Getback Parlour yang bisa menjadikan menggabungkan konsep kafe dan gallery. Jadi orang bisa minum atau makan sambil berkeliling melihat koleksi lukisan atau pameran yang tengah digelar di Getback Parlour.
"Saya ucapkan terima kasih juga untuk kesempatan ini. Selamat berpameran untuk teman-teman seniman, semoga sukses acaranya. Jadi alternatif untuk melihat karya seni yang berbeda di Jakarta. Pameran ini tidak kaku seperti gallery, kita bisa lihat lukisan sambil ngopi, sambil makan. Tempatnya sangat berbeda, sangat menarik, selamat berpameran, semoga sukses, laku keras," kata dr. Tiko Wijayantya di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Sabtu (13/1/2024).
Pameran ini diharapkan bisa menambah variasi dan luasnya materi seni (rupa) yang ada. Dan para penikmat, perasa, dan periang seni akan semakin luas dan lebar spektrum 'rasa' seninya.
Seniman Muda Unjuk Karya Seni
Foto: Kuyou
Seperti yang sudah disebutkan, pameran 'RE-AF(L)EKSI' ini mengajak delapan mahasiswa asal ISI Yogyakarta untuk memamerkan karya seni mereka kepada para pecinta seni di Jakarta.
Seniman muda asal Bali yang kini berkuliah di ISI, Bayu menghadirkan karya seni lukisan yang terinspirasi dari daerah asalnya, Bali. Bayu ingin membawa budaya Bali ke dalam lukisannya yang ia modifikasi dengan gaya yang kekinian.
"Sebagai orang Bali, ada perasaan untuk membawa pesan-pesan Bali untuk dikenal lebih luas ke masyarakat dengan gaya-gaya baru. Selama ini saya besar dari lingkungan karya tradisional Bali yang mempunyai kekuatannya sendiri, saya mencoba untuk membawa pesan-pesan Bali tersebut dengan gaya yang relate dengan sekarang," ucap Bayu.
Kemudian ada juga seniman muda, Udin yang membawa pesan perdamaian dalam karya seni lukisannya. Udin percaya dengan perdamaian, kehidupan masyarakat bisa berjalan beriringan meski ada perbedaan.
Foto: Kuyou
"Saya ingin menceritakan bahwa kita semua hidup secara bersama. Dan semua ekosistem harus saling dijaga. Pesan yang ingin saya sampaikan yaitu kalau kita bisa merawat satu sama lain, kita akan hidup damai. Kalau sebuah ekosistem itu tidak terawat dengan baik, kita tidak bisa menjaga, itu akan merusak ekosistem itu sendiri. Harapan saya di ekositem ini kita bisa jalan beriringan, bersama dan bisa menjadi kehidupan yang abadi," kata Udin.
Sementara itu, Yula melalui lukisannya ingin mengajak orang untuk memahami identitas diri mereka yang lebih dalam, seperti tentang perasaan hingga spiritual. Selain itu, dalam lukisannya, Yula juga menghadirkan banyak mata yang menurutnya mata itu bisa memperluas cara pandang manusia dalam memahami hidup.
Foto: Kuyou
"Identitas itu melekat di luar, tapi saya ingin mengajak audience untuk masuk ke identitas yang lebih dalam, tentang emosional, spiritual, perasaan, lebih mendalam lagi mengenal diri kita sendiri. Aku ingin menjelaskan tentang mata dia melihat ke kiri, kanan, atas, bawah, itu memperluas cara pandang kita tentang memahami hidup," ujar Yula.
Pencarian Jati Diri
Foto: Kuyou
Sementara itu, Acho menghadirkan karya seni yang berhubungan dengan harapan. Dirinya mengambil objek boneka yang dianggap sebagai manusia. Menurutnya, manusia seperti boneka yang dikendalikan oleh Tuhan.
"Boneka saya anggap sebagai kita atau manusia yang di buat dan diarahkan oleh Tuhan, kita berjalan sesuai takdir kita masing-masing yang di kehendaki Tuhan," ujar Acho.
Kemudian ada Karim yang menghadirkan karya seni tentang mimpi dan harapan. Karim mendefinisikan karyanya sebagai bentuk pencarian dirinya tentang makna hidup.
Foto: Kuyou
"Ketika proses pembuatan karya ini lagi sering-seringnya mimpi. Aku rasa karya ini sebagai bentuk pencarian aku tentang makna hidup. Awan itu simbol harapan, karena awan itu kan berada di atas, dan aku pindahkan ke bawah dimana harapan itu bisa dicapai," kata karim.
Dan seniman yang terakhir, Raka menghadirkan karya seni yang terinspirasi dari bunga Wijaya Kusuma dan Rembulan. Raka mendefinisikan bunga Wijaya Kusuma dan Rembulan sebagai hubungan kasih sayang. Dimana bunga Wijaya Kusuma mekar di malam hari dan ia selalu mekar mengarah ke sinar Rembulan.
Foto: Kuyou
"Saya membawa tentang bunga Wijaya Kusuma dan Rembulan. Wijaya Kusuma itu banyak simbolis, mitologi yang melekat, terutama tentang hubungan, kasih sayang. Bunga yang mekar di malam hari dan dia selalu mengarah ke sinar rembulan," kata Raka.
Share to:
Related Article
-
Meski Anak Sultan, Ini Alasan Raja aka Fakhraj Fatullah Sulaiman Hidup Sederhana Menjaga Masjid Kubah Biru
Viral|October 02, 2021 17:22:23