Realistic Positivity Vs Toxic, Apa Maksudnya?

Realistic Positivity Vs Toxic, Apa Maksudnya?

Realistic Positivity Vs Toxic,  Apa Maksudnya?

Foto: Istimewa


Sesuatu yang biasa orang lakukan waktu melihat orang lain terpuruk atau merasa nggak semangat adalah memberi kata-kata penyemangat yang (dimaksudkan) untuk membuatnya mampu melewati situasi berat yang sedang dihadapinya. Tapi, tahu nggak, kalau upaya memberi kata-kata penyemangat kayak gini nggak selalu ampuh, lho! Ada kalanya saat teman-teman kita butuh support, upaya menyemangati tadi malah bisa berefek sebaliknya. Hal ini dikenal dengan istilah toxic positivity.

Dikutip dari situs Thriving While Disabled, toxic positivity diartikan sebagai penyangkalan terhadap emosi yang sesungguhnya dan seharusnya dirasakan, biasanya diikuti dengan ujaran ‘think positive!’ yang dianggap dapat membuat segalanya jadi baik-baik saja. Mudahnya, istilah ini bisa digambarkan seperti saat dalam keadaan sakit fisik yang amat sangat, namun dianggap dapat sembuh begitu saja hanya dengan satu-dua kata penyemangat. Positivity yang kayak gini ini yang nggak realistis,

Menjadi pribadi yang optimis dan selalu bisa melihat sisi positif dari suatu peristiwa tidak menyenangkan memang penting, tetapi mengakui dan menghargai perasaan negatif yang muncul saat peristiwa tersebut terjadi juga penting, lho! Mendorong orang lain untuk terus semangat dan tidak sama sekali bersedih bukan sebuah tindakan yang baik dilakukan, loh. Apalagi membanding-bandingkan kesedihan atau kesulitan seseorang dengan yang dialami orang lain. Kata-kata seperti “nggak seburuk itu, kok!”, “masalahmu nggak lebih berat dari yang lain”, dan semacamnya bisa bikin orang yang mendengarnya semakin terpuruk. Situasi ini lah yang disebut situasi toxic.

Nah, toxic situation dan positivity ini bisa dicegah dengan melatih realistic positivity, loh. Positivitas dan optimistis yang realistis ialah tentang bagaimana menyadari dan menghargai betul segala keterbatasan yang dimiliki, termasuk juga menjadi realistis dan objektif dalam membuat target yang ingin dicapai.

Hal ini worth it buat dicoba lho. Sebab, ini bisa melatih kita untuk mengerti bahwa kondisi emosi dan mental seseorang adalah sesuatu yang diprediksi dan dengan mudah dikendalikan.

Setelah tahu soal toxic dan realistic positivity, jangan lupa buat diterapkan ya! Selalu ingat kalau baik perkataan maupun tindakan yang kita lakukan terhadap orang lain bisa jadi memberi efek besar bagi mereka.




Realistic PositivityToxic

Share to: