21 April diperingati sebagai hari
Kartini. Sosok Ibu Kartini menjadi penggerak wanita di Indonesia, untuk bisa
turut berkontribusi terhadap bangsa dan negara.
Kartini di masa sekarang bisa dilihat
dalam diri dokter dan perawat perempuan yang membantu melawan Covid-19 tanpa
rasa pamrih. Salah satunya perawat wanita bernama Aneu Diara yang bekerja di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Cibinong sebagai Penata Anestesi.
RSUD Cibinong merupakan salah
satu rumah sakit rujukan pasien COVID-19 yang berada di kawasan Bogor dan
sekitarnya. Aneu menceritakan aktivitasnya yang sudah bekerja sejak 2015.
"Aku bertugas sebagai
Asisten Dokter spesialis Anestesi untuk melakukan tindakan pembiusan sebelum di
lakukannya tindakan operasi. Sejak awal Maret aku sudah menangani pasien
positif Corona. Pasien dengan ODP, PDP dan positif Covid-19 yang akan menjalani
operasi dan pasien emergency lainnya," kata Aneu, Senin 20 April 2020.
Wanita 26 tahun itu mengaku khawatir
saat pertama kali mengetahui akan berhadapan langsung dengan pasien positif corona.
"Selama pandemi COVID-19 tak dapat dipungkiri kecemasan, rasa khawatir selalu saja menghantui, terlebih perasaan takut akan tertular juga pasti ada. Tetapi harus dihadapi," ujarnya.
Namun Aneu memberanikan diri agar
bisa menangani pasien virus corona dengan cara menggunakan APD yang lengkap dan
menerapkan protokol kesehatan Covid-19.
"Tahap pemakaian hazmat
kalau untuk di kamar operasi, yang pertama kita memakai baju kamar operasi,
yang kedua memakai jas disposible, yang ketiga apron medis, lalu memakai
handscoen on steril, selanjutnya memakai hazmat dan memakai hansdcoen steril
lagi, jadi dua lapis, lalu memakai cape disposible, masker medis dilapisi
dengan masker N95. Lalu kacamata pelindung dan face shield dan terakhir memakai
sepatu boots," jelasnya.
Suami Aneu ternyata juga bekerja sebagai perawat sekaligus asisten dokter spesialis anestesi di rumah sakit yang sama dengannya.
"Aku dan suami berbeda jadwal shift pagi, siang dan malam, dan tidak selalu bertemu dalam satu shift," ucapnya.
"Sebelum pulang ke rumah aku dan suami biasanya mandi di rumah sakit, sesampainya di rumah kita berdua menyiapakan semprotan desinfektan di semprot ke seluruh pakaian yang kita pakai dari atas sampai bawah, lalu mandi dan pakaian yang tadi kita pakai langsung dicuci," jelasnya.
Aneu mengungkapkan duka menjadi perawat di masa seperti ini.
"Dukanya banyak tenaga medis
yang selalu di cap negatif , banyak juga paramedis yang sudah gugur karna
pandemi ini, banyak juga yang sedang di rawat. Kami juga sempat memakai pita
hitam saat bekerja sebagai bentuk duka kita kepada teman sejawat yang sudah
gugur dan yang sudah bekerja sangat keras di garda terdepan. Dan lebih parah
ketika pasien sudah tidak jujur dengan kondisinya dan kita terekena imbasnya
dan kita tidak bisa bertemu keluarga karena kita paramedis ini adalah ODP atau
bisa menjadi PDP," tuturnya.
Yang lebih pahitnya, kadang-kadang Aneu harus berhadapan dengan pasien yang tidak mengaku jika mengalami gejala virus corona.
"Waktu kita menerima pasien
operan dari ICU untuk operasi, pasien tersebut tiba-tiba arrest (henti
jantung-red). Kita panik dan sudah dilakukan RJP atau emergency. Akhirnya nggak
ketolong. Aku dan temen-temen akhirnya membungkus pasien pakai APD, saat
keluarganya masuk, istrinya shock pingsan dan kita pun udah lelah banget,
sampai rumah pun masih keinget," cerita Aneu.
"Ada juga kita kecolongan
kalo pasien itu ternyata PDP. Kita semua panik, nggak ada satu pun yang pakai
APD lengkap kecuali masker dan sarung tangan, pasien sempet arrest di meja
operasi," ujarnya.
Dengan berbagai duka yang
dialaminya, Aneu tetap berusaha untuk menangani pasien corona tersebut tanpa
pamrih.
Aneu pun menyampaikan pesan
semangat bagi rekan perempuan sesama medis yang sedang berjuang sepenuh hati
menangani pasien corona di Hari Kartini pada 21 April 2020 ini.
"Dalam memperingati Hari
Kartini ini kita khususnya paramedis perempuan tetap semangat dalam menjalani
tugas mulia ini, tetap berjuang bersama-sama dengan yang lainnya dengan
mentaati aturan pemerintah dan tetap #dirumahaja selalu jaga kesehatan, saling
support dan berdoa agar badai ini cepat berlalu," ujarnya.
Share to:
Related Article
-
Bali Blockchain Community Meet Up: Bagikan Edukasi Seputar Web3, NFT hingga Digital Fashion
Update|May 31, 2022 15:51:24