Kisah Dokter Tirta Saat Tragedi 98 di Solo: Gue China dan Rasis Sampai SMA

Kisah Dokter Tirta Saat Tragedi 98 di Solo: Gue China dan Rasis Sampai SMA

Kisah Dokter Tirta Saat Tragedi 98 di Solo: Gue China dan Rasis Sampai SMA

Foto Kolase Dokter Tirta, Kisah Dokter Tirta saat tragedi 98 bisa dibaca di KUYOU (Instagram @dr.trita)


Belum lama ini Dokter Tirta menceritakan kisahnya saat tragedi 98 di kediamannya, Solo. Seperti apa ya kisahnya? Simak berikut ini. Nama Dokter Tirta menjadi sorotan publik setelah sukses dengan usahanya, Shoes and Care. Sebelum sukses seperti sekarang, Dokter Tirta ternyata pernah mengalami masa sulit gaes. Dokter Tirta menceritakan kisah sulitnya itu kepada Denny Sumargo dan dibagikan dalam channel YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo. Video berdurasi 50 menit itu diunggah oleh Denny pada 31 Desember 2020 lalu.

BACA JUGA: Fakta-fakta Dokter Tirta Ngamuk di Podcast Deddy Corbuzier soal Vaksin COVID19

Hingga kini, video kisah Dokter Tirta sudah ditonton oleh lebih dari 570 ribu kali dan disukai oleh 19 ribu orang lho gaes. Pensaran dengan kisahnya saat tragedi 98 di Solo? Simak berikut ini gaes. Lahir dari ras campuran

Seperti kita ketahui, pemilik nama lengkap Tirta Mandira Hudhi ini lahir dari ras campuran, yakni China dan Jawa. Ayahnya merupakan seorang pria asal Jawa dan beragama muslim, sementara itu ibunya memiliki keturunan Cina dan non muslim. Sempat kesulitan mencari sekolah karena keturunan China

Dokter Tirta sempat merasakan adanya rasisme sejak ia kecil. Ia mengaku kalau dirinya sulit mencari sekolah karena punya keturunan Cina. Terlebih lagi wajah dan perawakannya pun nampak seperti orang Cina. Bahkan, ia juga sempat ditolak di berbagai sekolah karena hal tersebut. "Karena kan gua ditolak dimana-mana. Karena kan gua ras campuran ya," ungkap Dokter Tirta. "Saat itu di Solo, rasialisme masih tinggi," tambahnya lagi.

BACA JUGA: Dokter Tirta: UU Cipta Kerja Positif buat UMKM Tapi Harus Sosialisasi Lebih

Puncaknya pada 1998

Saat tragedi 1998 terjadi, usia Dokter Tirta masih 7 tahun. Saat itulah terjadi kerusuhan di mana-mana, termasuk di daerah kediamannya, yaitu Solo. Ia bahkan mengungkap bahwa ibunya yang saat itu sedang bekerja di Bank, loncat dari lantai dua untuk menghindari kerusuhan yang terjadi. Ibunya yang memiliki keturunan Cina diberi pilihan yang sulit, yaitu mati dibakar atau loncat dari lantai dua kantornya. Akhirnya, Ibunya pun loncat dari lantai dua dan mengalami patah tulang. "Apalagi puncaknya tahun 1998, tragedi di Solo, itu parah banget," kata Dokter Tirta.  "Perusuh mulai datang ke kantor nyokap gua. Nyokap gua dikasih pilihan, mati dibakar atau loncat? Nyokap gua pilih loncat dari lantai dua," tambahnya. Gak cuma itu aja gaes, Tirta juga menyaksikan secara langsung kerusuhan yang terjadi di Solo. Saat itu, ia melihat banyak pembakaran kantor, pusat perbelanjaan, sekolah, termasuk kantor ibunya sendiri. Ia juga sengaja berkeliling Solo untuk mengetahui kondisi yang terjadi, dan ternyata ia menyaksikan banyak mayat yang mati terbakar. Saat perusuh mulai datang ke kampungnya, Ia disembunyikan oleh warga sekitar. Dalam rumah persembunyiannya, ia diminta menuliskan sebuah kalimat, yaitu 'kami pribumi'. Ia bersembunyi di rumah itu selama dua hari dua malam tanpa boleh keluar.  Pesan Ibu dan Ayahnya

Saat itulah ibu dan ayah Dokter Tirta mengungkap sebuah pesan mendalam. Mereka berpesan agar Tirta bisa terus belajar, karena satu-satunya cara agar bisa diakui adalah dari otak dan bicara."Gua inget pesan bokap gua adalah, Papa Mama gak punya apa-apa, uang pun gak kaya, jadi orang biasa gitu. Satu-satunya adalah kalau kamu mau diakui adalah dari otak dan bicara," kata Dokter Tirta.  

BACA JUGA: Dokter Tirta Bongkar Konspirasi Dibalik COVID19 di Podcast Corbuzier

Nah itulah kisah Dokter Tirta saat tragedi 1998 berlangsung. Kalau kamu mau nonton video selengkapnya, berikut adalah video ungkapan kisah Dokter Tirta yang mengalami rasialisme dari kecil hingga SMA.




Dokter Tirtakisah Dokter Tirtakisah tragedi 1998tragedi 98 di Solokisah rasialisme Dokter TirtaDokter Tirta alami rasismeDokter Tirta Keturunan China

Share to: