Ternyata Al Waqiah jika kamu baca justru menjadi salah satu pembuka jalan rezeki dan juga memberikan amalan lainnya gaes. Apa saja itu? Berikut ini merupakan rangkuman dari Tim KUYOU.id khusus untuk kamu.
Jika kamu seorang muslim, membaca ayat-ayat dari Al-Quran justru menjadi sebuah keharusan untuk orang yang beragama Islam. Hal ini baik karena dapat memberikan sebuah ketenangan dalam hidup.
Banyak banget orang yang justru mendapatkan sebuah keberkahan dalam hidupnya ketika mendalami kitab suci Al-Quran. Baik wanita maupun pria pun juga diberi kemudahan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.
Ditengah pandemi COVID19 seperti ini, orang-orang sibuk mencari uang agar bisa mendapatkan rezeki. Pas banget buat kamu jika kalian termasuk golongan tersebut. Disarankan untuk dibarengi membaca Surat Al Waqiah gaes.
Khasiat dan keutamaan membaca sebuah Surat Al Waqiah
Ternyata manfaat dari membaca sebuah Surat Al Waqiah ini besar banget lho gaes. Bahkan hal ini pernah diterangkan dalam sebuah hadits dimana jika membaca surat tersebut setiap malam tidak akan mendapatkan kekurangan selama-lamanya lho.
"Barangsiapa yang membaca Quran Surat Al Waqiah setiap malam, maka tidak akan ditimpakan kepadanya kekurangan selama-lamanya." (HR. Baihaqi dan Ibnu Mas’ud).
Tidak hanya satu hadits, bahkan hadits lain juga mengatakan jika Surat Al Waqiah sendiri merupakan surah yang penuh dengan kekayaan gaes.
"Ajarkanlah surah Al-Waqi’ah kepada isteri-isterimu. Kerana sesungguhnya ia adalah surah Kekayaan." (Hadis riwayat Ibnu Ady).
Pastinya kamu sendiri ingin tahu bagaimana cara mengamalkan Surat Al Waqiah dengan baik dan benar bagaimana kan? Yuk langsung cek dibawah gaes.
Cara mengamalkan Surat Al Waqiah
1. Baca ayat ke 89 yang berbunyi: "fa rouhu wa roihanu ja jannatu na’im" sebanyak 3 kali setelah sholat dhuha dan tahajud.
2. Setelah selesai, sebutkan permohonan atau hajat yang kamu inginkan kemudian teruskan membaca hingga ayat terakhir.
3. Bacalah setelah sholat dhuha atau tahajud sebanyak 3 kali.
4. Dapat dibaca sebelum tidur agar hati terasa tenang.
Surat Al Waqiah
اِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُۙ
iżā waqa’atil-wāqi’ah
Apabila terjadi hari Kiamat,
لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ ۘ
laisa liwaq’atihā kāżibah
terjadinya tidak dapat didustakan (disangkal).
خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ
khāfiḍatur rāfi’ah
(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).
اِذَا رُجَّتِ الْاَرْضُ رَجًّاۙ
iżā rujjatil-arḍu rajjā
Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya,
وَّبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّاۙ
wa bussatil-jibālu bassādan
gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya,
فَكَانَتْ هَبَاۤءً مُّنْۢبَثًّاۙ
fa kānat habā`am mumbaṡṡāmaka
jadilah ia debu yang beterbangan
وَّكُنْتُمْ اَزْوَاجًا ثَلٰثَةً ۗ
wa kuntum azwājan ṡalāṡah
dan kamu menjadi tiga golongan
فَاَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ۗ
fa aṣ-ḥābul-maimanati mā aṣ-ḥābul-maimanah
yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu,
وَاَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ۗ
wa aṣ-ḥābul-masy`amati mā aṣ-ḥābul-masy`amah
dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu,
وَالسّٰبِقُوْنَ السّٰبِقُوْنَۙ
was-sābiqụnas-sābiqụn
dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga)
اُولٰۤىِٕكَ الْمُقَرَّبُوْنَۚ
ulā`ikal-muqarrabụn
Mereka itulah orang yang dekat (kepada Allah),
فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ
fī jannātin-na’īm
Berada dalam surga kenikmatan,
ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ
ṡullatum minal-awwalīn
segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,
وَقَلِيْلٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ
wa qalīlum minal-ākhirīn
dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.
عَلٰى سُرُرٍ مَّوْضُوْنَةٍۙ
‘alā sururim mauḍụnah
Mereka berada di atas dipan-dipan yang bertahtakan emas dan permata,
مُّتَّكِـِٕيْنَ عَلَيْهَا مُتَقٰبِلِيْنَ
muttaki`īna ‘alaihā mutaqābilīn
mereka bersandar di atasnya berhadap-hadapan
يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُّخَلَّدُوْنَۙ
yaṭụfu ‘alaihim wildānum mukhalladụn
Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,
بِاَكْوَابٍ وَّاَبَارِيْقَۙ وَكَأْسٍ مِّنْ مَّعِيْنٍۙ
bi`akwābiw wa abārīqa wa ka`sim mim ma’īn
dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir,
لَّا يُصَدَّعُوْنَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُوْنَۙ
lā yuṣadda’ụna ‘an-hā wa lā yunzifụn
mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,
وَفَاكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُوْنَۙ
wa fākihatim mimmā yatakhayyarụn
dan buah-buahan apa pun yang mereka pilih,
وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُوْنَۗ
wa laḥmi ṭairim mimmā yasytahụn
dan daging burung apa pun yang mereka inginkan.
وَحُوْرٌ عِيْنٌۙ
wa ḥụrun ‘īn
Dan ada bidadari-bidadari yang bermata indah,
كَاَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُوْنِۚ
ka`amṡālil-lu`lu`il-maknụn
laksana mutiara yang tersimpan baik.
جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
jazā`am bimā kānụ ya’malụn
Sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan.
لَا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا وَّلَا تَأْثِيْمًاۙ
lā yasma’ụna fīhā lagwaw wa lā ta`ṡīmā
Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia maupun yang menimbulkan dosa,
اِلَّا قِيْلًا سَلٰمًا سَلٰمًا
illā qīlan salāman salāmā
tetapi mereka mendengar ucapan salam.
وَاَصْحٰبُ الْيَمِينِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْيَمِيْنِۗ
wa aṣ-ḥābul-yamīni mā aṣ-ḥābul-yamīn
Dan golongan kanan, siapakah golongan kanan itu.
فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْدٍۙ
fī sidrim makhḍụd
(Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri,
وَّطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍۙ
wa ṭal-ḥim manḍụd
dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),
وَّظِلٍّ مَّمْدُوْدٍۙ
wa ẓillim mamdụd
dan naungan yang terbentang luas,
وَّمَاۤءٍ مَّسْكُوْبٍ
wa mā`im maskụb
dan air yang mengalir terus-menerus,
وَّفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍۙ
wa fākihating kaṡīrah
dan buah-buahan yang banyak,
لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَّلَا مَمْنُوْعَةٍۙ
lā maqṭụ’atiw wa lā mamnụ’ah
yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang mengambilnya,
وَّفُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍۗ
wa furusyim marfụ’ah
dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.
اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءًۙ
innā ansya`nāhunna insyā`ā
Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung.
فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَارًاۙ
fa ja’alnāhunna abkārālalu
Kami jadikan mereka perawan-perawan,
عُرُبًا اَتْرَابًاۙ
‘uruban atrābā
yang penuh cinta (dan) sebaya umurnya,
لِّاَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ
li`aṣ-ḥābil-yamīn
untuk golongan kanan,
ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ
ṡullatum minal-awwalīn
segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,
وَثُلَّةٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ
wa ṡullatum minal-ākhirīn
dan segolongan besar pula dari orang yang kemudian.
وَاَصْحٰبُ الشِّمَالِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الشِّمَالِۗ
wa aṣ-ḥābusy-syimāli mā aṣ-ḥābusy-syimāl
Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
فِيْ سَمُوْمٍ وَّحَمِيْمٍۙ
fī samụmiw wa ḥamīm
(Mereka) dalam siksaan angin yang sangat panas dan air yang mendidih
وَّظِلٍّ مِّنْ يَّحْمُوْمٍۙ
wa ẓillim miy yaḥmụm
dan naungan asap yang hitam,
لَّا بَارِدٍ وَّلَا كَرِيْمٍ
lā bāridiw wa lā karīm
tidak sejuk dan tidak menyenangkan.
اِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُتْرَفِيْنَۚ
innahum kānụ qabla żālika mutrafīn
Sesungguhnya mereka sebelum itu (dahulu) hidup bermewah-mewah,
وَكَانُوْا يُصِرُّوْنَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيْمِۚ
wa kānụ yuṣirrụna ‘alal-ḥinṡil-‘aẓīm
dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar,
وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ ەۙ اَىِٕذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَّعِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَۙ
wa kānụ yaqụlụna a iżā mitnā wa kunnā turābaw wa ‘iẓāman a innā lamab’ụṡụn
dan mereka berkata, “Apabila kami sudah mati, menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali?
اَوَاٰبَاۤؤُنَا الْاَوَّلُوْنَ
a wa ābā`unal-awwalụn
Apakah nenek moyang kami yang terdahulu (dibangkitkan pula)?”
قُلْ اِنَّ الْاَوَّلِيْنَ وَالْاٰخِرِيْنَۙ
qul innal-awwalīna wal-ākhirīn
Katakanlah, “(Ya), sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian,
لَمَجْمُوْعُوْنَۙ اِلٰى مِيْقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُوْمٍ
lamajmụ’ụna ilā mīqāti yaumim ma’lụm
pasti semua akan dikumpulkan pada waktu tertentu, pada hari yang sudah dimaklumi.
ثُمَّ اِنَّكُمْ اَيُّهَا الضَّاۤ لُّوْنَ الْمُكَذِّبُوْنَۙ
ṡumma innakum ayyuhaḍ-ḍāllụnal-mukażżibụn
Kemudian sesungguhnya kamu, wahai orang-orang yang sesat lagi mendustakan!
لَاٰكِلُوْنَ مِنْ شَجَرٍ مِّنْ زَقُّوْمٍۙ
la`ākilụna min syajarim min zaqqụm
pasti akan memakan pohon zaqqum,
فَمَالِـُٔوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْنَۚ
fa māli`ụna min-hal-buṭụn
maka akan penuh perutmu dengannya.
فَشَارِبُوْنَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيْمِۚ
fa syāribụna ‘alaihi minal-ḥamīm
Setelah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.
فَشَارِبُوْنَ شُرْبَ الْهِيْمِۗ
fa syāribụna syurbal-hīm
Maka kamu minum seperti unta (yang sangat haus) minum.
هٰذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ الدِّيْنِۗ
hāżā nuzuluhum yaumad-dīn
Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan.”
نَحْنُ خَلَقْنٰكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُوْنَ
naḥnu khalaqnākum falau lā tuṣaddiqụn
Kami telah menciptakan kamu, mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)?
اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تُمْنُوْنَۗ
a fa ra`aitum mā tumnụn
Maka adakah kamu perhatikan, tentang (benih manusia) yang kamu pancarkan.
ءَاَنْتُمْ تَخْلُقُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الْخَالِقُوْنَ
a antum takhluqụnahū am naḥnul-khāliqụn
Kamukah yang menciptakannya, ataukah Kami penciptanya?
نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَۙ
naḥnu qaddarnā bainakumul-mauta wa mā naḥnu bimasbụqīn
Kami telah menentukan kematian masing-masing kamu dan Kami tidak lemah,
عَلٰٓى اَنْ نُّبَدِّلَ اَمْثَالَكُمْ وَنُنْشِئَكُمْ فِيْ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
‘alā an nubaddila amṡālakum wa nunsyi`akum fī mā lā ta’lamụn
untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (di dunia) dan membangkitkan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ النَّشْاَةَ الْاُوْلٰى فَلَوْلَا تَذَكَّرُوْنَ
wa laqad ‘alimtumun-nasy`atal-ụlā falau lā tażakkarụn
Dan sungguh, kamu telah tahu penciptaan yang pertama, mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تَحْرُثُوْنَۗ
a fa ra`aitum mā taḥruṡụn
Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam?
ءَاَنْتُمْ تَزْرَعُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الزَّارِعُوْنَ
a antum tazra’ụnahū am naḥnuz-zāri’ụn
Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan?
لَوْ نَشَاۤءُ لَجَعَلْنٰهُ حُطَامًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُوْنَۙ
lau nasyā`u laja’alnāhu huṭāman fa ẓaltum tafakkahụn
Sekiranya Kami kehendaki, niscaya Kami hancurkan sampai lumat; maka kamu akan heran tercengang,
اِنَّا لَمُغْرَمُوْنَۙ
innā lamugramụn
(sambil berkata), “Sungguh, kami benar-benar menderita kerugian,
بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ
bal naḥnu mahrụmụn
bahkan kami tidak mendapat hasil apa pun.”
اَفَرَءَيْتُمُ الْمَاۤءَ الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَۗ
a fa ra`aitumul-mā`allażī tasyrabụn
Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum?
ءَاَنْتُمْ اَنْزَلْتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ اَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ
a antum anzaltumụhu minal-muzni am naḥnul-munzilụn
Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?
لَوْ نَشَاۤءُ جَعَلْنٰهُ اُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُوْنَ
lau nasyā`u ja’alnāhu ujājan falau lā tasykurụn
Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur?
اَفَرَءَيْتُمُ النَّارَ الَّتِيْ تُوْرُوْنَۗ
a fa ra`aitumun-nārallatī tụrụn
Maka pernahkah kamu memperhatikan tentang api yang kamu nyalakan (dengan kayu)?
ءَاَنْتُمْ اَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَآ اَمْ نَحْنُ الْمُنْشِـُٔوْنَ
a antum ansya`tum syajaratahā am naḥnul-munsyi`ụn
Kamukah yang menumbuhkan kayu itu ataukah Kami yang menumbuhkan?
نَحْنُ جَعَلْنٰهَا تَذْكِرَةً وَّمَتَاعًا لِّلْمُقْوِيْنَۚ
naḥnu ja’alnāhā tażkirataw wa matā’al lil-muqwīn
Kami menjadikannya (api itu) untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir.
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ
fa sabbiḥ bismi rabbikal-‘aẓīm
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.
فَلَآ اُقْسِمُ بِمَوٰقِعِ النُّجُوْمِ
fa lā uqsimu bimawāqi’in-nujụm
Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.
وَاِنَّهٗ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُوْنَ عَظِيْمٌۙ
wa innahụ laqasamul lau ta’lamụna ‘aẓīm
Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui,
اِنَّهٗ لَقُرْاٰنٌ كَرِيْمٌۙ
innahụ laqur`ānung karīm
dan (ini) sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia,
فِيْ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍۙ
fī kitābim maknụn
dalam Kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh),
لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۙ
lā yamassuhū illal-muṭahharụn
tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan.
تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ
tanzīlum mir rabbil-‘ālamīn
Diturunkan dari Tuhan seluruh alam.
اَفَبِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَنْتُمْ مُّدْهِنُوْنَ
a fa bihāżal-ḥadīṡi antum mud-hinụn
Apakah kamu menganggap remeh berita ini (Al-Qur’an),
وَتَجْعَلُوْنَ رِزْقَكُمْ اَنَّكُمْ تُكَذِّبُوْنَ
wa taj’alụna rizqakum annakum tukażżibụn
dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan(-Nya).
فَلَوْلَآ اِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمَۙ
falau lā iżā balagatil-ḥulqụm
Maka kalau begitu mengapa (tidak mencegah) ketika (nyawa) telah sampai di kerongkongan,
وَاَنْتُمْ حِيْنَىِٕذٍ تَنْظُرُوْنَۙ
wa antum ḥīna`iżin tanẓurụn
dan kamu ketika itu melihat
وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلٰكِنْ لَّا تُبْصِرُوْنَ
wa naḥnu aqrabu ilaihi mingkum wa lākil lā tubṣirụndan
Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat,
فَلَوْلَآ اِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِيْنِيْنَۙ
falau lā ing kuntum gaira madīnīn
maka mengapa jika kamu memang tidak dikuasai (oleh Allah),
تَرْجِعُوْنَهَآ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
tarji’ụnahā ing kuntum ṣādiqīn
kamu tidak mengembalikannya (nyawa itu) jika kamu orang yang benar?
فَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ
fa ammā ing kāna minal-muqarrabīn
Jika dia (orang yang mati) itu termasuk yang didekatkan (kepada Allah),
فَرَوْحٌ وَّرَيْحَانٌ ەۙ وَّجَنَّتُ نَعِيْمٍ
fa rauḥuw wa raiḥānuw wa jannatu na’īm
maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga (yang penuh) kenikmatan.
وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۙ
wa ammā ing kāna min aṣ-ḥābil-yamīn
Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan,
فَسَلٰمٌ لَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ
fa salāmul laka min aṣ-ḥābil-yamīn
maka, “Salam bagimu (wahai) dari golongan kanan!” (sambut malaikat).
وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِيْنَ الضَّاۤلِّيْنَۙ
wa ammā ing kāna minal-mukażżibīnaḍ-ḍāllīn
Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan dan sesat,
فَنُزُلٌ مِّنْ حَمِيْمٍۙ
fa nuzulum min ḥamīm
maka dia disambut siraman air yang mendidih,
وَّتَصْلِيَةُ جَحِيْمٍ
wa taṣliyatu jaḥīm
dan dibakar di dalam neraka.
اِنَّ هٰذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِيْنِۚ
inna hāżā lahuwa ḥaqqul-yaqīn
Sungguh, inilah keyakinan yang benar.
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ
fa sabbiḥ bismi rabbikal-‘aẓīm
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.
Itu dia gaes bacaan Surat Al Waqiah yang ternyata menjadi salah satu pembuka jalan rezeki dan juga memberikan amalan lainnya gaes. Jika kamu ingin membaca artikel lainnya, langsung saja cek di KUYOU.id.
Share to:
Related Article
-
Berhasil Raih 7 Juta Penonton, Exhuma Cetak Rekor
Update|March 09, 2024 19:46:29