Komunikasi politik ikut bertransformasi Seiring dengan perkembangan zaman yang makin maju. Tak hanya itu, perkembangan teknologi digital membuat komunikasi politik menemui wajah barunya.
Transformasi seputar transformasi komunikasi politik tersebut diungkap oleh seorang penulis sekaligus dosen milenial bernama Silvanus Alvin dalam bukunya berjudul Komunikasi Politik di Era Digital.
Dalam buku setebal 129 halaman tersebut, Silvanus memaparkan perkembangan komunikasi politik dari zaman ke zaman hingga bagaimana pentingnya big data untuk komunikasi politik.
Buku yang dirilis pada Januari 2022 ini juga memaparkan bagaimana potensi hingga tantangan yang komunikasi politik di era digital seperti sekarang.
BACA JUGA: Fakta dan Profil Silvanus Alvin, Dosen Milenial Penulis Buku Komunikasi Politik di Era Digital
Transformasi komunikasi politik
Komunikasi politik mengalami transformasi dari zaman ke zaman. Dalam bukunya, Alvin merangkum bagaimana perubahan komunikasi politik dari zaman ke zaman sesuai dengan kategori generasi.
Misalnya saja pada kategori Baby Boomers (1946-1964) yang pada tahun tersebut, politik Indonesia masih mencari sistem informasi yang ideal. Hal tersebut mempengaruhi bagaimana komunikasi politik berjalan pada masa tersebut. Saat itu komunikasi politik hanya memiliki media berupa cetak dan elektronik seperti TV dan radio.
Komunikasi politik terus berubah saat memasuki generasi yang baru. Pada genersi Y (1977-1998) memiliki iklim politik cukup panas lantaran memasuki orde baru. Saat itu, alat untuk menyebarkan pesan politik sudah semakin bertambah dengan adanya internet yang mulai berkembang.
Pada generasi Z atau milenial mulai muncul media sosial yang juga dimanfaatkan sebagai alat komunikasi politik. Sementara itu, pada Generasi Alfa media sosial yang berkembang semakin banyak dan beragam.
Perkembangan zaman inilah yang menurut Alvin penting untuk diperhatikan lantaran memberikan arah baru hingga wajah baru untuk perkembangan komunikasi politik.
"Setiap kehadiran media baru terbentuklah kultur baru. Saat ini, media yang teranyar adalah media sosial," tulis Alvin dalam bukunya.
Komunikasi politik di era digital
Hadirnya media sosial yang sangat berkembang pesat di era sekarang membuat penyampaian aspirasi ataupun pendapat menjadi lebih bebas dan mudah dilakukan. Tak hanya itu, pendapat-pendapat tersebut juga bisa didengar, dicarat, atau bahkan diikuti para pelaku politik.
Komunikasi politik di era digital ini erat kaitannya dengan big data. Menurut Alvin, big data sendiri bisa tak hanya dimanfaatkan untuk memprediksi hasil pemilu semata. Lebih dari itu, big data bisa menggambarkan sebagai acuan dasar dalam menjalankan kampanye politik.
"Jika big data digali dan diolah dengan tepat, maka pihak yang akan menjalankan kampanye akan memiliki gambaran jelas langkah-langkah seperti apa yang harus dilakukan," tulis dosen UMN satu ini.
Komunikasi politik di era digital, tantangan atau ancaman?
Meski banyak manfaatnya, ternyata kebebasan dunia digital atau media sosial memiliki ancaman jika tak digunakan dengan baik dan bijak. Terlebih lagi kini masyarakat Indonesia lebih banyak mengakses berbagai informasi melalui media sosial.
Tak sedikit pula pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan media sosial untuk hal-hal negatif. Dari mulai ujaran kebencian, fitnah, penyebaran hoax, misinformasi dan masih banyak lagi.
Hal tersebut tentu bisa mempengaruhi iklim politik di suatu negara, seperti Indonesia. Ancaman-ancaman tersebut menurut Alvin bisa menimbulkan dampak pada runtuhnya kepercayaan, kesopanan, pencarian kebenaran, hingga rusaknya institusi demokrasi.
Share to:
Related Article
-
Pramono Anung-Rano Karno Janji Tak Bawa Politik Agama di Pilgub Jakarta 2024
Update|October 01, 2024 12:30:00